JAKARTA - Standart Chartered (Stanchart) memperkirakan hingga akhir 2017, Bank Indonesia (BI) bakal tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75%, meski menghadapi tekanan inflasi mendekati akhir tahun.
"BI kemungkinan besar tidak akan mengubah policy rate di semester dua. Bank (Stanchart) memprediksi Bl akan mempertahankan tingkat pinjaman 7 harinya dari bank komersial atau 7-days reverse repo rate pada angka 4,75% sampai dengan akhir 2017," kata Ekonom Senior Standard Chartered Bank Indonesia Aldian Taloputra di Jakarta, Senin (24/7/2017).
Ketidakpastian yang terjadi di Amerika Serikat (AS), kata dia, membuat BI lebih bersikap hati-hati dalam menentukan sikap mengambil keputusan. "Meski Bank Sentral (BI) mengambil pendekatan berjaga-jaga, namun kondisi likuiditas masih cukup seperti terlihat pada utang pembelian dan penjualan sekuritas pemerintah di pasar terbuka," lanjutnya.
Bahkan, kata dia, utang pembelian dan penjualan sekuritas pemerintah di pasar terbuka, tercatat pada April hampir menyentuh rekor sebesar Rp440 triliun sehingga mampu menurunkan market rates lebih jauh lagi.
Di sisi fiskal, pendapatan pajak tumbuh solid sebesar 17% year on year pada empat bulan pertama 2017. Hal itu menurutnya sejalan dengan target setahun penuh, namun perlahan akan melambat katanya. "Pertumbuhan pendapatan kemungkinan besar akan melambat di bulan-bulan berikutnya dan mencapai titik terendah pada bulan September dikarenakan tingginya basis pajak akibat tax amnesty tahun lalu," lanjutnya.
Meski demikian, pihaknya memprediksi pendapatan pajak dapat tumbuh 11% pada 2017 lantaran adanya inisiatif pemerintah dalam meningkatkan transparansi pajak dan kepatuhan akan memperbaiki tax collection.
"Dengan begitu, bank (Stanchart) memprediksi pemerintah tidak akan mengusulkan pemotongan anggaran dalam revisi anggaran periode mendatang, sejalan dengan realisasi belanja yang pelan dan serapan anggaran yang secara alamiah akan menjaga tingkat defisit tetap stabil," paparnya lagi.
Dia menambahkan bahwa pihaknya memproyeksikan pada 2017 defisit anggaran sebesar 2,6% dari PDB, lebih tinggi dari target pemerintah sebesar 2,4% dikarenakan pihaknya memprediksi pemerintah akan memanfaatkan ruang fiskal untuk mendorong pertumbuhan.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)