Hal ini berimbas pada penurunan frekuensi belanja mereka. Fenomena yang sama juga terlihat di negara-negara Asia lainnya. Di Indonesia sendiri, konsumen telah menurunkan frekuensi belanja sebesar 5% dibandingkan dengan tahun lalu dan diramalkan belum akan pulih sepenuhnya dalam jangka waktu dekat.
Pilihan produk yang kian banyak di pasaran menciptakan persaingan yang semakin besar pada saat pembelian. Untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, para pelaku bisnis perlu berupaya bagaimana menarik perhatian konsumen dan mempertahankan relevansi produk di setiap suasana.
Di tengah penurunan laju ekonomi, konsumen dari berbagai kelas demografi menunjukkan upaya untuk beradaptasi terhadap kondisi ini dengan cara yang berbeda-beda. Upaya pemerintah dalam pembangunan infrastruktur telah berhasil menurunkan tingkat pengangguran dan hal ini memberikan keuntungan bagi konsumen dari kelas ekonomi bawah yang menunjukkan peningkatan pengeluaran belanja untuk produk-produk FMCG. Produk FMCG dalam versi yang lebih terjangkau semakin marak di pasaran, sehingga mendorong masyarakat dari kelas ekonomi bawah untuk mengadopsi produk-produk terbaru.
Meningkatnya harga komoditas dan juga intensitas pemerintah dalam pengembangan kota-kota sekunder, mendorong konsumen untuk memiliki pendapatan yang siap dibelanjakan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini pun tercermin dalam kenaikan jumlah pembelanjaan produk-produk FMCG oleh para konsumen di kota-kota sekunder.
Para pelaku bisnis ritel modern telah memaksimalkan kesempatan ini dengan terus membuka gerai baru di area ini sehingga pertumbuhan bisnis ritel modern di kota-kota sekunder mampu tumbuh dengan pesat.
(Dani Jumadil Akhir)