Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Saham Sektor Properti Menanti Berkah dari Pilkada Serentak

Anisa Anindita , Jurnalis-Selasa, 05 Desember 2017 |13:42 WIB
Saham Sektor Properti Menanti Berkah dari Pilkada Serentak
Ilustrasi: (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Menjelang penutupan tahun ini, banyak hal yang terjadi di luar ekspektasi dari berbagai kalangan, seperti lemahnya daya beli masyarakat yang dapat mengakibatkan tumbuhnya perekonomian, namun tidak sekuat perkiraan semula.

Perlahan berbagai indikator mulai memperlihatkan perbaikan seiring dengan kenaikan harga komoditas yang lebih stabil, dengan mendorong naiknya daya konsumsi masyarakat dan permintaan atas properti mulai terlihat meskipun belum seperti pada periode 2013-2014. Sepanjang tahun 2017, permintaan atas properti cenderung stagnan karena investor melihat adanya sentimen negatif yang berasal dari hiruk pikuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta.

Analis Bahana Sekuritas Renaldy Effendy melihat fenomena tersebut dari indikator perekonomian bahwa sektor properti akan membaik seiring pertumbuhan ekonomi yang tentunya ditopang oleh beberapa hal, antara lain menguatnya daya beli masyarakat, serta tren suku bunga rendah yang telah Bank Indonesia lakukan sejak Agustus lalu yaitu dengan cara memotong suku bunga acuan. Selain itu, perkiraan pre-sales 2018 akan naik di kisaran 10%-12% , sedangkan tahun ini diproyeksikan akan tercatat sekitar 5%.

''Saat ekonomi menguat maka yang pertama kali membaik akan terlihat pada harga komoditas, selanjutnya konsumsi menguat, penjualan automotif beranjak naik dan yang terakhir akan berdampak pada sektor properti,'' papar Renaldy, Jakarta, Selasa (5/12/2017).

"Namun, seberapa kuat pulihnya sektor properti masih menanti sentimen positif dari Pilkada serentak yang akan berlangsung pada tahun ini, dilanjutkan dengan pemilihan presiden 2019," sambungnya.

Bila Pilkada serentak berjalan dengan baik dan Pilpres 2019 berjalan sesuai dengan ekspektasi pasar, Bahana meyakini permintaan properti akan kembali meningkat meskipun tidak sama pada tahun 2013-2014.

Pasalnya, berdasarkan survei yang anak usaha Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) lakukan, tercatat dari 41 proyek properti yang ada di Jawa, sekitar 60% dijual dengan harga di bawah Rp1 miliar, sedangkan sekitar 30% dijual dengan harga antara Rp1 miliar-Rp3 miliar, dan hanya sekitar 10% yang dibangun dengan harga di atas Rp3 miliar.

Oleh karena itu, Bahana memberikan rekomendasi beli untuk Ciputra Development yang berkode saham CTRA ini dengan target harga Rp1.800/lembar saham karena perseroan tersebut memiliki land bank yang besar dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Jadi, ketika terjadi pelemahan penjualan di satu daerah, daerah lainnya dapat menutupi.

Ciputra juga memiliki rencana pengembangan dengan pola kerja sama operasi dengan pihak ketiga atau pemilik tanah, maka dari itu perseroan masih memiliki land bank yaitu sekitar 1800 Ha, dan 5000 Ha. Selain itu, Ciputra menjadi salah satu perusahaan yang memiliki net gearing rendah karena tidak membutuhkan belanja modal yang besar untuk membeli lahan.

Seperti yang terlihat selama sepuluh bulan terakhir ini, kontribusi pre-sales dari Sulawesi tumbuh menjadi 17% dari total pre-sales tahun lalu yakni 5%. Sedangkan pre-sales di Sumatera turun menjadi 7% dari periode sebelumnya sebesar 11%. Demikian juga pre-sales di Surabaya turun menjadi 30% hingga Oktober 2017 dibanding posisi tahun lalu sebesar 40%.

Bahana memperkirakan tahun depan perseroan akan membukukan kenaikan pendapatan sekitar 14% menjadi Rp8,55 triliun. Sedangkan, laba bersih diperkirakan akan naik signifikan sekitar 32% menjadi Rp1,4 triliiun pada akhir 2018.

Selanjutnya, Bahana memberikan rekomendasi beli atas saham kepada Bumi Serpong Damai yang berkode saham BSDE ini dengan target harga Rp2,090/lembar saham karena ketersediaan land bank perseroan sekitar 4800 Ha yang banyak tersebar di BSD City sebanyak 2500 Ha, memberikan perseroan ruang untuk membangun beragam tipe rumah atau bangunan komersial lainnya sesuai dengan permintaan pasar.

Perseroan juga banyak menjual lahannya untuk keperluan korporasi besar sehingga saat penjualan rumah lesu, perusahaan masih memiliki masukan dari penjualan tanahnya. Selain itu, BSDE juga memiliki record sebagai perusahaan yang selalu mencapai target pre-sales, maka dari itu neraca keuangan cukup sehat.

Oleh sebab itu, Bahana memperkirakan pada tahun depan perseroan akan membukukan kenaikan pendapatan sekitar 5% menjadi Rp7.83 triliun, sedangkan laba bersih tahun 2018 diperkirakan akan naik sekitar 7% menjadi Rp2,92 triliun.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement