JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan Indonesia sepanjang November 2017 surplus sebesar USD0,13 miliar. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan surplus pada bulan September USD1,78 miliar dan Oktober 2017 USD1 miliar.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai kondisi ini bukanlah terjadi karena perlambatan ekonomi, namun pemulihan ekonomi. Pasalnya, meski angka surplus tahun ini kian menipis, namun lebih tinggi dibandingkan surplus tahun 2016.
"Dibanding bulan yang lalu memang ada penurunan tetapi secara umum kami menyambut baik bahwa neraca perdagangan kita selama dua tahun ini kan terus positif. Jadi kita melihat bahwa ini adalah tanda pemulihan ekonomi kita terus berjalan," ujar Agus di Gedung BI, Jakarta, Jumat (15/12/2017).
Berdasarkan data BPS, surplus neraca perdagangan untuk Januari-November 2017 sebesar USD12,02 miliar. Lebih tinggi dibanding surplus 2016 yang hanya USD9,53 miliar, dan 2015 USD7,67 miliar. Adapun surplus November 2017 disebabkan oleh nilai ekspor November yang mencapai USD15,28 miliar dan nilai impor capai USD15,5 miliar.
Baca Juga: Neraca Perdagangan November Surplus USD130 Juta
Agus Marto menilai, pertumbuhan ekspor saat ini terus menguat kendati harga komoditas masih tinggi. Dia berharap, produk manufaktur pun dapat terus lebih aktif dalam kegiatan ekspor. "Kita tentu mengharapkan produk manufaktur bisa terus lebih aktif untuk diekspor," katanya.
Dia menambahkan, neraca perdagangan yang dinilai terus tumbuh baik ini, pada tahun 2018 diharapkan tetap bertahan. Hal ini akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di 2018.
"Memang di tahun 2017 perbaikannya kelihatan sangat berarti dan kalau hal ini bisa dipertahankan akan baik untuk tahun 2018. Jadi kita melihat ekspor dan investasi akan terus memberikan peran yang baik bagi pertumbuhan ekonomi ditahun 2018," pungkasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)