JAKARTA - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) optimis untuk terus memperbaiki kinerja secara berangsur. Hal ini dilakukan dengan menambah produksi baja gulungan panas (Hot Rolled Coil/HRC) dengan membangun pabrik baja lembaran panas (Hot Strip Mill/HSM) ke-dua yang rencananya selesai tahun 2019. Nantinya, HSM ditargetkan akan menambah 1,5 juta ton produksi HRC menjadi 3,9 juta ton per tahun.
Langkah ekspansi perseoran ini dikatakan Direktur Utama KRAS Mas Wigrantoro Roes Setiyadi didorong tren positif kenaikan harga baja sejak dua tahun terakhir. Selain itu, di dorong juga dengan pertumbuhan permintaan baja nasional yang mencapai 12,7 juta ton di tahun 2016 dan adanya gap suplai baja domestik dan impor yang mencapai 6,9 juta ton di tahun yang sama.
Baca Juga: Viral! Pemecatan Massal akibat Tanya THR di Krakatau Steel
"Harga baja terus mengalami penurunan sejak 2011 hingga 2015. Saat ini harga HRC CFR (cost and freight) domestik di Desember 2017 sudah mencapai USD562 per metrik ton (mt) naik tajam 260% dari bulan Desember 2015 yang hanya mencapai USD216 per mt," jelas Wigrantoro saat Paparan Publik di Gedung BEI, Rabu (27/12/2017).
Ia memaparkan, kenaikan harga baja ini dipicu oleh meningkatnya permintaan baja di China yang disebabkan oleh factor restocking dan menguatnya permintaan baja untuk sektor perumahan. Rencana pemerintah China untuk mengurangi produksi baja 100-150 juta ton dalam lima tahun ke depan juga turut memberikan sentimen positif bagi penguatan harga baja global. Di sisi lain tingkat permintaan HRC juga mengalami peningkatan sebesar 6,6% year on year (yoy) menjadi 4,4 juta ton selama periode Januari-Desember 2017.