JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi investasi sepanjang 2017 mencapai USD8 miliar. Realisasi investasi ini menjadi capaian terendah selama tiga tahun terakhir.
"Harus kami akui, realisasi investasi sektor ESDM kalau bicara migas di 2014 mencapai USD20,72 miliar, 2015 USD17,38 miliar, 2016 USD12,74 miliar. Memang titik terendah di 2017 sebesar USD7,98 miliar atau sekitar USD8 miliar,"ujar Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Ego Syahrial, di Ruang Sarulla, Gedung Sekjen Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (9/1/2018).
Menurut Ego, rendahnya invetasi migas selama 2017 karena beberapa faktor, salah satunya harga minyak dunia yang masih rendah. Meski demikian, pemerintah yakin realisasi investasi migas ke depan semakin besar. Di mana harga minyak dunia saat ini menyentuh USD60 per barel.
Baca juga: Investasi Hulu Migas Lesu, Kendalanya Kejatuhan Harga Minyak hingga Perhitungan Capex
"Kalau bicara outlook 2018 kita merencanakan hulu dan hilir USD17,04 miliar. Jadi kembali ke level 2014 dan 2015. Detail projek besar migas,"ujarnya.
Meski realisasi investasi turun, Ego mengatakan penerimaan negara dari sub sektor migas mengalami peningkatan bahkan melebih dari target dalam APBN-P 2017.
Baca juga: Dibangun di Maluku Tenggara Barat, Blok Masela Terkendala "Manisnya" Perkebunan Gula
"Penerimaan gas (unaudited) itu tembus Rp138 triliun atau tumbuh 117% dari target Rp118,4 triliun. Terdiri dari PNBP Rp82,5 triliun, PNBP lainnya Rp6,05 triliun dan PPh Rp49,4 triliun," ujarnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)