Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Transformasi Penjualan Ritel Dipicu Perubahan Pola Belanja

Koran SINDO , Jurnalis-Rabu, 17 Januari 2018 |10:58 WIB
Transformasi Penjualan Ritel Dipicu Perubahan Pola Belanja
Ilustrasi: (Foto: Shutterstock)
A
A
A

SEIRING dengan perkembangan ekonomi dunia dan perubahan pola belanja masyarakat, metode penjualan ritel dalam bentuk gerai dan nongerai mengalami transformasi.

Pada Juni 2017 lalu, World Federation of Direct Selling (WFDSA) merilis data Penjualan Langsung Global Penjualan Ritel melalui metode Penjualan Langsung untuk 2016 yang menunjukkan nilai transaksi penjualan global mencapai US182,6 miliar, meningkat 1,9% dari 2015. Pertumbuhan global juga didorong oleh peningkatan penjualan di empat regional.

Kawasan Asia Pasifik menyumbang 46% terhadap penjualan global, Amerika 33%, Eropa 20%, dan wilayah Timur Tengah dan Afrika 1%. Di Indonesia, penjualan langsung merupakan salah satu industri yang prospektif dengan pertumbuhan positif setiap tahunnya.

Baca Juga: Konsumsi Masyarakat di Luar Rumah Semakin Meningkat, Begini Penjelasannya

Nilai transaksi penjualan langsung di Indonesia pada 2016 mencapai USD1,184 juta atau setara dengan Rp15,75 triliun; meningkat sekitar 10% dari pencapaian 2015 sebesar Rp14,31 triliun dan meningkat sekitar 24% dari pencapaian 2014 sebesar Rp12,68 triliun. Magnus Brannstrom, Chairman of WFDSA, yang juga merupakan Chief Executive Officer & President of Oriflame Holdings, mengatakan, “Saat ini dunia mengalami transformasi digital. Untuk penjualan langsung juga membantu menggerakkan roda perekonomian negara dan memiliki kontribusi yang signifikan dalam menciptakan microentrepreneurs.”

Pada 2016 jumlah independent representative di dunia mencapai 107 juta dan mengalami peningkatan 3,1% dari tahun 2015. Menurut Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), industri penjualan langsung di Indonesia pada 2014 melibatkan lebih dari 11.743.600 direct seller dan pertumbuhan direct seller pada 2011-2014 mencapai 11,3%.

Baca Juga: Pasaraya Gugat Matahari Terkait Penutupan Gerainya, Kenapa?

Djoko Hartanto Komara, Ketua Umum Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), mengatakan, “Penjualan langsung memiliki prospek pertumbuhan yang menjanjikan di Indonesia. Pasar Indonesia yang terus berkembang didukung oleh sumber daya manusia yang besar, yang menarik banyak perusahaan penjualan langsung baik lokal maupun asing untuk memperluas pasarnya di Indonesia. Selain memberikan pendapatan tambahan bagi para direct seller, penjualan langsung juga menyerap banyak tenaga kerja.”

Bappenas merilis data bahwa pada 2030-2040 Indonesia diprediksi mengalami masa bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement