JAKARTA - Badan Pusat Statistik mencatatkan inflasi 2017 sebesar 3,61%, angka ini jauh dari target pemerintah sebesar 4,3% di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017. Sementara untuk tahun 2018, inflasi ditargetkan berada di angka 3,5% plus minus 1%.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, meski inflasi 2017 relatif terjaga dan inflasi 2018 diyakini akan sesuai target, namun ruang penurunan BI 7-Days Repo Rate masih sangat sempit untuk tahun ini.
Baca Juga: Gubernur BI: Kalau Ekonomi Kuat, Suku Bunga Tak Perlu Disesuaikan
"Pada kesempatan ini, kondisi sekarang, mungkin tipis sekali untuk lakukan penyesuaian BI 7-Days Reserve Repo Rate," ujar Agus di Gedung Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, Rabu (24/1/2018).
Dia menjelaskan, hal ini dilihat dari dinamika bank sentral Amerika, The Fed yang diprediksi akan menaikkan suku bunganya di tahun 2018 bahkan hingga 3 kali. Terlebih kata dia, BI telah memberikan pelonggaran dengan menurunkan suku bunga acuannya dengan penurunan di bulan Agustus dan September 2017 masing-masing 25 basis point (bps).
Baca Juga: BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di 4,25%
"Selain itu kita juga lihat dalam negeri ada pengelolaan inflasi yang perlu kita lakukan, karena kita melihat di akhir 2017 ada tekanan inflasi," ucapnya.
Dengan mempertimbangkan beberapa hal tersebut, Agus meyakini tak ada ruang yang cukup untuk melakukan pelonggaran suku bunga acuannya. Kendati demikian, bank sentral dikatakan Agus, merespons dalam bentuk kebijakan moneter juga kebijakan makroprudensial lainnya.
Seperi halnya dengan kebijakan moneter melalui Giro Wajib Minimum (GWM) rata-rata yang dilakukan penyesuaian. Selain itu, dari sisi makroprudensial, menaikkan rasio intermediasi makro prudensial dan rasio penyangga likuiditas makroprudensial.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Diproyeksi Tetap 4,25%
"Kita mempercepat GWM averaging, itu kebijakan moneter dan kita juga rencanakan rasio intermediasi makro prudensial dan rasio penyangga likuiditi makroprudensial, itu juga kebijakan makroprudensial" jelas dia.
Dengan kebijakan tersebut maka likuiditas perbankan diyakini akan lebih baik dan semakin memperdalam pasar keuangan.
"Kita harapkan transmisi kebijakan moneter yang sudah diambil di Agustus dan September 2017 bisa lebih efektif," tutupnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)