JAKARTA - Korea Selatan (Korsel) dan China menentang kebijakan Amerika Serikat (AS) menerapkan tarif impor untuk mesin cuci dan panel surya. Kebijakan itu dikhawatirkan semakin memperkuat proteksionisme Washington.
Selama setahun pemerintahan Presiden AS Donald Trump, baru kali ini kebijakannya memicu kekhawatiran nyata. "Ini menunjukkan pemerintahan AS, setelah beberapa waktu, sekarang memulai langkah membatasi perdagangan demi melaksanakan janji-janji yang dibuat selama kampanye pemilu," ungkap Louis Kuijs, kepala ekonom Asia di lembaga konsultan global Oxford Economics di Hong Kong.
Dia menambahkan, "Ini bisa menjadi baru satu langkah dari banyak langkah." Kuijs memprediksi impor baja dan aluminium akan menjadi target AS selanjutnya.
Kebijakan AS memicu kekhawatiran tentang perdagangan global saat ada harapan pertumbuhan lebih kuat pada ekonomi global. Meski demikian, para ekonom yakin AS akan menghindari langkah-langkah yang bisa memengaruhi jaringan suplai global perusahaan-perusahaan AS, terutama untuk industri mobil dan elektronik.
Tarif untuk mesin cuci menjadi pukulan besar bagi perusahaan Samsung Electronics dan LG Electronics asal Korsel. Kedua perusahaan itu mengirimkan antara 2,5 juta hingga 3 juta mesin cuci per tahun ke AS dengan penjualan sekitar USD1 miliar. Mereka juga menguasai seperempat pasar AS yang didominasi Whirlpool dan General Electric Co.
Menteri Perdagangan Korsel Kim Hyun-chong menyatakan, kebijakan tarif AS melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). "AS memiliki pilihan untuk menempatkan pertimbangan politik di atas standar internasional," kata Kim saat bertemu para pejabat industri, Selasa (23/1/2018), dikutip kantor berita Reuters.
"Pemerintah akan secara aktif merespons meluasnya langkah proteksionis untuk membela kepentingan nasional," ujar Kim.
China merupakan produsen panel surya terbesar di dunia. Mereka menyebut langkah AS berlebihan dan bisa mengganggu lingkungan perdagangan global untuk produk-produk yang menjadi target. "Keputusan AS ini pelanggaran langkah memperbaiki perdagangan dan China menyatakan sangat tidak puas terhadap ini," ujar Wang Hejun, Kepala Biro Perbaikan dan Investigasi Perdagangan Kementerian Perdagangan China.
Wang menambahkan, "China akan bekerja sama dengan anggota WTO lainnya untuk membela kepentingan demi merespons keputusan AS." Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China (MIIT) menyatakan, outlook untuk ekspansi luar negeri berbagai perusahaan panel surya tidak optimistis karena sentimen proteksionisme. Di sisi lain, panel surya China menjadi target utama investigasi perdagangan global.