Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sukses Berbisnis Perjalanan Wisata dengan Kemitraan

Koran SINDO , Jurnalis-Jum'at, 09 Februari 2018 |13:13 WIB
Sukses Berbisnis Perjalanan Wisata dengan Kemitraan
Ilustrasi: (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Setelah berdiri lebih dari satu abad, JTB Corporation tumbuh menjadi agen travel terbesar di Jepang dan salah satu agen travel terbesar di dunia.

JTB memiliki 520 cabang di 37 negara. Tapi jaringan masif itu bukan berasal dari pendirian kantor baru, melainkan dari kerja sama, kemitraan, dan investasi di agen-agen travel lokal.

Awalnya JTB merupakan bagian dari lembaga Pemerintah Jepang. Namun perusahaan yang berkantor pusat di Shinagawa, Tokyo, itu diubah menjadi badan usaha.

Pertumbuhan dan kemajuan JTB tidak bisa terlepas dari andil dan dukungan kebijakan Pemerintah Jepang. Sebab geliat JTB bergantung pada aturan pemerintah. Di Indonesia, JTB membeli saham PT Panorama Tours Indonesia (PTI) dari Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) sebesar 40%.

Akuisisi itu memberikan keuntungan bagi JTB mengingat PTI memiliki akses dan pelanggan yang cukup besar. PTI telah menawarkan berbagai macam produk dan program wisata dalam dan luar negeri. JTB berharap kepemilikan saham di PTI juga dapat membantu meningkatkan jumlah wisatawan dari Indonesia menuju Jepang.

Pada tahun lalu, jumlah turis Indonesia yang berlibur ke Jepang mencapai 352.000 orang. Sebaliknya JTB juga dapat membantu warga Jepang yang ingin menikmati kekayaan alam dan budaya Indonesia.

“Kami yakin kemitraan dengan PTI akan membawa dampak positif bagi perkembangan bisnis global JTB,” ujar Presiden dan CEO JTB Asia-Pasifik Shinya Kurosawa di Jakarta beberapa waktu lalu.

Dengan masuknya JTB sebagai investor, PTI berganti nama menjadi PT Panorama JTB Tours Indonesia. Proses negosiasi untuk akuisisi itu memakan waktu yang panjang. Sebab saham yang dibeli cukup besar. Atas dukungan teknologi dan jaringan JTB, selama lima tahun ke depan PTI menargetkan per tumbuhan 300%.

JTB tak dapat menampik Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan menyusul meningkatnya jumlah kelas menengah menjadi 40% lebih dari 261 juta penduduk. JTB yang sudah berpengalaman bergelut di bidang pariwisata selama 100 tahun lebih itu juga diyakini dapat mengoptimalkan jaringan dan memperkaya ragam produk wisata.

JTB juga mengakuisisi agen travel asal Swiss Kuoni Global Travel Services.

“Kemitraan yang dibentuk antara Kuoni Global Travel Services dan JTB akan membuka prospek untuk menjadi per usahaan nomor satu dunia. Hal ini akan menciptakan peningkatan bisnis, penjualan pro duk lokal, dan ekspansi baru,” ungkap Kuoni.

Perincian mengenai akuisisi itu tidak dipublikasikan. Sejauh ini struk tur direksi di la porkan tidak akan berubah. Kedua perusahaan akan mengoperasikan bisnis mereka secara independen selama periode transisi. CEO Kuoni, Reto Wilhelm , juga hanya mengatakan kemitra an ini akan da pat meng optimalkan potensi Kuoni.

Presiden dan CEO JTB untuk Eropa Eijiro Yamakita mengaku senang dengan kesepakatan yang saling meng untungkan ini. “Akuisisi ini menawarkan peluang un tuk menjadi operator unik. Kami dapat menyediakan layanan bagi semua ka langan,” ujar Yamakita.

Kuoni dikenal sebagai agen travel kelas atas dan amat mahal. Di Singapura, JTB juga menekan MoU dengan Singapore Tourism Board (STB) pada awal 2017. Itu merupakan kali pertama JTB menandatangani MoU dengan organisasi pariwisata nasional asing.

Dengan rencana kerja sama itu, JTB, termasuk mitra perusahaan yang berada di bawah mana jemennya, memiliki penetrasi pasar yang lebih besar di Singapura.

JTB didirikan pertama kali pada 1912 dengan nama Biro Pariwisata Jepang atau Japan Tsurisuto Byuro. Layanan utama yang disediakan ialah memandu warga asing untuk berkeliling di Jepang sesuai paket yang diambil. Pada 1941, biro itu kembali berganti nama menjadi East Asian Travel Agent (ToaRyokosha ).

Setahun kemudian, East Asian Travel Agent mengubah statusnya dari corporation menjadi foundation meski fung si agen travel tetap tidak diubah. Setelah Perang Dunia II, perusahaan tersebut berganti nama lagi menjadi Biro Travel Jepang (BTJ). Pada 1963, BTJ dibelah menjadi dua entitas, yakni agen bisnis dan organisasi nirlaba.

Lebih dari 40 tahun berlalu, BTJ diubah untuk yang terakhir kalinya menjadi JTB, sedangkan organisasi nirlabanya tetap bernama Biro Travel Jepang. Sejak saat itu JTB mulai memperkaya bisnis mereka ke sektor yang lain seperti farmasi, layanan keuangan, barang konsumen, publishing, telekomunikasi, dan industri lainnya.

Entitas JTB yang mengoperasikan bendera bisnis travel ialah JTBGMT. Entitas usaha ini menawarkan banyak produk travel ke Jepang dan tur kepada pengguna secara langsung dan agen-agennya di bawah brand Sunrise Tour.

Majalah Rurubu keluaran JTB menjadi panduan travel yang laku se cara luas dan mencatat rekor dunia. Dalam keterangan pers terbaru di situs jtbcorp.jp, jumlah wisatawan mancanegara (wis man) ke Je pang diperkirakan meningkat sebesar 2,8% atau 700.000 turis pada awal tahun ini. Ada pun rata-rata pengeluaran di proyeksikan mencapai 206.000 Yen. Sebaliknya jumlah wisatawan domestik ke luar negeri naik sekitar 4,9%. (Muh Shamil)

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement