JAKARTA -Â Bank Indonesia (BI) menilai fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini sudah berlebihan. Di mana , Rupiah tengah bergerak dikisaran Rp13.700 sampai Rp13.800 per dolar AS.
"Kalau menurut BI Rupiah itu memang sebelum fluktuasi ini juga sudah undervalued (di bawah nilai fundamental). Jadi kalau ada fluktuasi yang seperti terjadi di beberapa hari terakhir, memang Rupiahnya sudah undervalued," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Gedung BI, Jakarta, Jumat (2/3/2018).
Menurutnya, pelemahan mata uang akibat Dolar AS, tidak hanya terjadi pada Indonesia, namun juga dibeberapa negara lainnya.
Baca Juga : Gubernur BI: Gejolak Rupiah 7% Masih Stabil
Dia menyebutkankan, hingga akhir Februari mata uang lainnya seperti di Swedia terdepresiasi 4,9%, Kanada 3,8%, Australia 3,6%. Sementara, India melemah 2,4%, Filipina 1,5% dan mata uang Indonesia melemah 2,6%.
"Jadi ini bukan fenomena Indonesia saja. Ini fenomena dunia sama seperti fenomena di tahun 2015 dan 2013, waktu Amerika saat itu aba-aba untuk menaikkan bunga," jelas dia.
Baca Juga : BI Sosialisasikan Rupiah hingga Perbatasan Papua
Mirza pun membantah jika BI sengaja membuat mata uang Garuda ini melemah untuk mendorong nilai ekspor. Bank Sentral, kata dia, akan berada di pasar untuk menjaga stabilitasi baik di pasar valuta asing (valas) dan pasar Surat Berharga Negara (SBN).
"Engga ya kalau sudah undervalued untuk apa Bank Indonesia undervalued. Dan BI akan ada di pasar untuk melakukan stabilitasi," ujar dia.
(feb)
Follow Berita Okezone di Google News
(rhs)