JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mendatangi kantor Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Tujuan Airlangga mendatangi kantor Luhut adalah untuk menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor).
Menperin Airlangga Hartarto mengatakan, dalam rakor kali ini dibahas mengenai implementasi dari revolusi industri pada generasi keempat. Implementasi ini sekaligus menindaklanjuti kerjasama dengan Xinghua University, China untuk melakukan pelatihan beberapa waktu lalu.
Menurut Airlangga, revolusi industri mendesak untuk diimplementasikan. Pasalnya, banyak instansi dan Kementerian/Lembaga (K/L) yang minat akan revolusi industri 4.0.
Baca Juga: Soal Industri 4.0, Menperin: Robot Gantikan Manusia Tak Sepenuhnya Benar
"Jadi beberapa waktu lalu, Kemenperin sudah kerjasama dengan Xinghua untuk melakukan pelatihan. Waktu saat ke China setahun yang lalu saat Belt and Road. Sekarang implementasi ini karena Kementerian yang lain juga ingin menyelenggarakan," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman, Jakarta, Rabu (7/3/2018)..
Menurutnya, semakin banyak Kementerian yang meminati akan semakin baik bagi industri. Sebab, dengan banyaknya pembicaraan soal revolusi, maka industri bisa menjadi mainstream pembangunan.
"Bagi Kemenperin sih makin banyak yang bicara revolusi industri keempat makin bagus," ucapnya.
Menurut Airlangga, apabila industri sudah menjadi mainstream pembangunan, maka kesempatan untuk melakukan inovasi akan semakin terbuka lebar, karena semua mata akan tertuju pada industri.
"Revolusi industri keempat itu tidak perlu kita khawatirkan, karena revolusi industri keempat itu memberi kesempatan untuk berinovasi. Ini merupakan kesempatan untuk melakukan remanufacturing. Jadi, dengan revolusi industri keempat ini perhatian kepada manufacturing juga semakin tinggi," jelasnya.
Baca Juga: Pemerintah Perlu Antisipasi Trasformasi Industri
Menurut Airlangga, Indonesia sudah menunjukan kesiapannya untuk menyambut reformasi industri 4.0. Namun, realisasinya membutuhkan dukungan dari dua factor, yakni faktor kemampuan dan sumber daya manusia (SDM).
"Kita punya dua-duanya. Dari talent kita punya universitas terbanyak di ASEAN dan sumber daya manusia kita juga telah memasuki golden era," ucapnya.
Untuk mengembangkan kemampuan dari Sumber Daya Manusia, pihaknya akan mengembangkan pendidikan dan pelatihan terhadap tenaga kerja. Khususnya untuk pengembangan digital.
"Juga terkait pendidikannya. Pasca pemerintahan sesudah 1998 kan orientasinya kebanyakan non-science, engineering, teknologi, dan matematika. Ini kesempatan kita mengembalikan pendidikan-pendidikan tersebut," jelasnya.
(ulf)
(Rani Hardjanti)