Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

E-commerce Ikan Hasil Tangkapan Nelayan dengan Big Data Realtime

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 26 Maret 2018 |16:19 WIB
<i>E-commerce</i> Ikan Hasil Tangkapan Nelayan dengan Big Data Realtime
Ilustrasi: Shutterstock
A
A
A

Dengan pola business to business (B to B), perusahaan pemesan harus tanda tangan kontrak dulu, lalu dilakukan pemesanan ke nelayan untuk memenuhi kuota dan transaksi. Konsumennya sudah merambah ke mancanegara seperti Vietnam, Singapura, Malaysia dan kini hendak masuk ke Jepang.

“Sistemnya pesan dulu. Lalu kita kontak nelayan (apakah) bisa penuhi kuota atau tidak lalu baru transaksi,” jelasnya.

Adapun cara pembayarannya selalu ke nelayan terlebih dahulu. “Karena selama ini masalah nelayan kan selalu diutangi lama. Kita tak mau ulangi itu. Kalaupun pembeli lama bayar kita harus talangi dulu tiap harinya. Kita bayar di muka,” ungkapnya.

Utari menuturkan, bedanya perusahaan mereka dengan usaha lain ialah mer ka tidak memiliki kapal atau gudang besar.  Mereka berpartner dengan nelayan dan komunitasnya yang sudah ada di daerah untuk memaksimalkan suplai hasil perikanan.

“Hasilnya, kita bisa meningkatkan harga di nelayan sampai 20% dan dari harga pembeli kita bisa turunkan harga hingga 10%. Kalaupun tidak bisa turun, harga kita akan jamin ketersediaan suplai sehingga suplai stabil dan nelayan dapat harga tinggi,” katanya.

Menurut Utari, harus ada perubahan total dalam sistem kelautan dan perikanan agar lebih menguntungkan nelayan. Pasalnya, meski nelayan yang berjuang melawan ganasnya laut, di tingkat mereka harga hasil laut yang dijual tak seberapa. 

Dia mengungkapkan, harga ikan cakalang di tingkat nelayan Rp15.000 tapi kalau sudah di pasaran harganya Rp26.000. Yang lebih parah itu harga ikan kakap merah dari harga nelayan Indonesia Rp25.000 tapi kalau sudah sampai China harganya bisa menjadi Rp250.000. Karena kondisi ini, kata dia, tidak meng - he rankan meski 70% Negara Indonesia adalah lautan namun keluarganya dan keluarga nelayan kecil lainnya hanya ber - peng ha silan rata-rata Rp1,1 juta. Bahkan, ujarnya, karena tidak mampu terbebas dari jaring kemiskinan jumlah nelayan dalam 10 tahun terakhir berkurang 50%. 

(neneng zubaidah)

(yau)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement