Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Start Up Asia Timur Mulai Saingi Silicon Valley

Koran SINDO , Jurnalis-Minggu, 06 Mei 2018 |14:28 WIB
<i>Start Up</i> Asia Timur Mulai Saingi Silicon Valley
Foto: Reuters
A
A
A

JAKARTA – Sejumlah kota di kawasan Asia Timur menjadi rumah bagi ribuan startup baru. Kota-kota tersebut didukung ekosistem teknologi informasi (TI) yang memadai, mulai dari tingginya kecepatan internet hingga biaya operasional yang relatif terjangkau. 

Kondisi demikian membuat kemunculan perusahaan-perusahaan baru disektor teknologi kini tidak lagi berkiblat ke Silicon Valley di Amerika Serikat (AS) yang menjadi markas raksasa perusahaan berbasis internet. China, Korea, Jepang, danTaiwan kini menjadi pilihan para startup untuk berkreasi. 

Baca Juga: BEI-Bekraf Dorong Startup Cari Pendanaan di Pasar Modal


Contoh teranyar adalah Xiaomi, produsen smartphone dari Negeri Panda yang segera melepas sahamnya di bursa Hong Kong dengan target meraup USD10 miliar (Rp140 triliun). Ini adalah penawaran saham perdana (initial public offering / IPO) terbesar di dunia dalam empat tahun terakhir. 

Sebelumnya raksasa ritel online Alibaba, yang juga dari China, melepas saham di bursa New York dengan nilai USD25 miliar pada 2014 silam. Satu lagi startup dari China yang fenomenal adalah Tencent. Perusahaan yang didirikan Ma Huateng alias Pony Ma itu kini menjadi raksasa baru di industri internet dengan puluhan anak usahanya mulai dari bisnis games, media sosial We Chat, entertainment hingga bisnis pembayaran online. 

Foto: Reuters


Valuasi pasar Tencent kini telah mencapai USD540 miliar, setingkat di atas Facebook yang hanya berada di kisaran USD500 miliar. Kisah sukses kewirausahaan di Asia Timur yang terus tumbuh seiring dengan besarnya peluang bisnis yang ada didukung populasi penduduk yang besar. 

Kondisi politik di Asia Timur juga terbilang stabil sehingga roda bisnis berputar optimal. Di Beijing misalnya. Ibu kota China itu menjadi kota dengan skala dan valuasi startup terbesar di Asia Timur, bahkan di seluruh Asia. 

Seperti dilansir CNBC, sebanyak 7.000 startup dan lebih dari 40 unicorn atau bisnis dengan valuasi lebih dari USD1 miliar (Rp14 triliun),  telah meramaikan bisnis di Beijing. Potensi pasarnya masih besar dan SDM-nya melimpah. Kawasan seperti Zhongguancun, yang berada di barat laut Beijing, memiliki 300 coworking space untuk menampung maraknya startup. 

Adapun area yang lebih luas seperti Distrik Haidan tetap menjadi pusat perusahaan besar dan sukses seperti Xiaomi Inc dan Baidu Inc. Kota China lainnya, Shanghai, juga menjadi wilayah dengan pertumbuhan startup yang signifikan. Meski berada di belakang Beijing, angka keberhasilan dan ekspansi bisnis di Shanghai tak terbantahkan dan masuk dalam perhatian global. 

Jumlah startup di salah satu kota paling padat di dunia tersebut berkisar antara 2.000 hingga 3.000. Kota Shenzhen juga tidak ketinggalan. Berawal dari desa kecil dengan penduduk 175.000, Shenzhen kini menjadi wilayah metropolitan dengan penduduk mencapai 12,5 juta lebih hanya dalam tiga dekade. 

Transformasi besar itu memupuk bibit-bibit startup seperti OnePlus dan Tencent Holding Limited, perusahaan konglomerasi internet dan investasi. Shenzen menjadi surga bagi pengembang perangkat keras dan menjadi kota dengan volume investasi penelitian terbesar di China. 

“China tidak seperti negara lainnya, skala pertumbuhannya sangat cepat mengingat pasar dan pemerintah berjalan beriringan,” ujar Direktur Startup Grind, Erik Walenza-Slabe, tahun lalu seperti dikutip scmp.com. Kota-kota di Jepang juga subur bagi startup.

Kota pelabuhan Fukuoka telah meningkatkan reputasinya sebagai hub startup. Di bawah kepemimpinan Wali Kota Siochiro Takashima, pengusaha lokal diberi kesempatan pinjaman hingga USD232.000. Warga asing juga untuk pertama kali diberi visa startup selama enam bulan pertama. 

Meski warga Fukuoka yang mencapai 1,5 juta relatif hidup sederhana, Fukuoka menjadi kota dengan pertumbuhan paling cepat di Jepang di luar Tokyo. Fukuoka juga menjadi kota dengan sumbangan generasi berusia 15-29 tahun terbanyak. Kecepatan rata-rata internet di Fukuoka juga sangat tinggi, yakni mencapai 46 mbps. 

Image result for xiaomi, reuters

Foto: Reuters


Tokyo masih menjadi pusat bisnis di Jepang dan ekonomi terbesar ketiga di dunia. Namun Tokyo sedang berjuang mempertahankan dominasi global menyusul populasi yang menua. Meski Tokyo memiliki salah satu investor terbesar di dunia, Softbank, investasi terhadap startup terbilang rendah bila dibandingkan dengan di kota besar lainnya di dunia. 

Berbeda dengan Tokyo, Kota Seoul sangat gencar membangkitkan startup melalui kebijakan ekonomi kreatif. Pemerintah pusat dan kota sangat antusias mendukung startup lokal. Kota yang dihuni separuh dari total 50 juta penduduk Korea Selatan (Korsel) itu memiliki 3.500 startup dan 100 akselerator, mayoritas di Distrik Gangnam. 

Faktor pendukung lainnya dari pesatnya perkembangan startup di kawasan ini adalah kecepatan internet yang sangat tinggi. Dalam hal ini Seoul, Korsel, menjadi juara karena kecepatan internet di kota ini mencapai 47 mbps. 

Sebagai perbandingan, di Fukuoka mencapai 46 mbps, Hong Kong 38 mbps, Taipe 23 mbps, Shenzhen 11 mbps, dan Beijing 6 mbps. Sementara di Jakarta, kecepatan internet berdasarkan data speedtest Global Index pada 2017 adalah sebesar 9 mbps. 

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement