Perlu Kembangkan Ekosistem
Lalu bagaimana dengan perkembangan startup di dalam negeri? Menurut Pengamat TI Heru Sutadi, saat ini kondisi startup di Indonesia belum mendapat perhatian. Padahal, selain soal dana, pemerintah sebenarnya bisa masuk memberikan bantuan untuk infrastruktur.
“Misal penyediaan kantor bersama, hosting, dan lain-lain agar biaya operasional lebih rendah. Termasuk dukungan keuangan dari perbankan,” kata dia saat dihubungi tadi malam. Heru menuturkan, pemerintah pasti sudah tahu kendala startup di Indonesia, tetapi hanya sebatas menyampaikan dan tidak ada langkah konkret.
“Kita ini sudah terlambat melangkah dan masih sebatas memetakan masalah. Harusnya segera ada upaya sebagai solusi untuk membantu pengembangan startup, baik regulasi, dukungan infrastruktur maupun keuangan,” tegasnya.
Menurut Heru, saat ini keberadaan startup di Indonesia seperti bergerilya dan tidak dibentuk pemerintah. Contohnya u nicorn yang ada di dalam negeri itu karena mereka berusaha sendiri, bukan dibangun pemerintah dari awal. “Padahal potensi startup di Indonesia sangat besar. Namun, disayangkan, dukungannya yang kurang besar dan kuat,” sebutnya.
Dia menyarankan agar ekosistem TI dikembangkan untuk mendukung para pelaku usaha startup sehingga tidak banyak yang berguguran. “Sekarang banyak berguguran karena beratnya operasional,” ujar dia. Merespons kemunculan sejumlah startup di Tanah Air, pemerintah tidak tinggal diam.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara pernah menyatakan untuk terus mendorong lahirnya perusahaan rintisan baru. Dukungan tersebut diimplementasikan dengan tidak adanya perizinan khusus bagi mereka yang ingin membuat startup.
Adapun terkait dengan permodalan, dalam waktu dekat akan difasilitasi pertemuan para startup lokal dengan investor dari perusahaan vanture capital di Bali pekan depan. Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan-kesepakatan bisnis sehingga menciptakan unicorn baru di sektor bisnis berbasis digital.
“Kami akan membuka diskusi dengan mengundang khusus startup yang telah menjadi unicorn global. Selanjutnya kita akan memfasilitasi kemungkinan-kemungkinan penjajakan antara startup Indonesia dan unicorn global. Kita harapkan lahir kerja sama atau sharing investasi,” ungkap Chief Coordinator of Nexticorn Promotional Road, Donald Wirahardja, Jumat (4/5/2018).
Baca Juga: Startup Unicorn Tak Mau IPO, Rudiantara: Ayo Kita Bicara
Mengenai investasi di sektor startup, data yang dikutip Techinasia menyebutkan, sepanjang tahun lalu startup di kawasan Asia Tenggara mendapat suntikan sebesar USD7,86 miliar, tertinggi dalam sejarah. Jumlah tersebut tiga kali lipat dari tahun sebelumnya yang sebesar USD2,52 miliar.
Singapura dan Indonesia menjadi negara yang paling banyak menyita perhatian investor. Investor-investor tersebut membenamkan modalnya di bisnis fintech sebesar USD3,18 miliar, ecommerce USD2,87 miliar, dan gaming USD553 juta. Beberapa startup yang mendapatkan suntikan di antaranya Grab, Tokopedia, Lazada, Traveloka, AirTrunk, dan iflix.
“Asia tenggara merupakan pasar lebih baru yang relatif. Kami menyaksikan hal yang sama terjadi di industri ventura China,” kata Thomas Tsao dari Gobi Partners seperti dilansir techinasia.com.
(Rani Hardjanti)