JAKARTA - Perang dagang yang dikibarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan dampak kekhawatiran bagi sebagian kalangan pebisnis. Namun, bagi industri baja, kebijakan itu justru menguntungkan karena memberikan tarif besar bagi impor baja dan alumunium.
Salah satu perusahaan yang menuai untung adalah Nucor, perusahaan baja terbesar di Negeri Paman Sam. CEO Nucor John Ferriola mengatakan, dampak kebijakan kenaikan tarif baja dan alumunium memberikan efek kejutan bagi produsen baja di AS. Mereka menghadapi kenaikan pendapatan yang kuat pada tahun ini.
Meskipun itu bukan hanya dipengaruhi oleh kebijakan Trump tersebut. “Kebijakan tarif impor Trump mampu menjadikan Nucor memiliki pendapatan terbaik kedua pada tahun ini,” kata Ferriola kepada CNBC . Hal itu bisa melebihi estimasi Wall Street dalam pendapatan per saham. “Kita melihat dampak kenaikan tarif impor baja pada Juni lalu. Jadi, kita baru saja melihat dampaknya,” katanya.
Dia mengungkapkan, pada semester I/2018 impor baja AS menurun hanya satu juta ton. Itu sangat kecil bagi standar industri AS. Hanya saja, kata Ferriola, penggunaan baja produksi domestik menunjukkan kenaikan. Menurut Ferriola, Nucor memiliki strategi jangka panjang.
Dia menggelontorkan USD8 miliar untuk pengembangan bisnis saat krisis keuangan. Itu juga menjadi faktor yang menentukan kesuksesan. “Kami telah menunjukkan berulang kali kalau Nucor siap berkompetisi. Apakah kami sukses? Ya jelas sekali,” ujarnya. Selain itu, dia juga menginvestasikan USD1,5 miliar untuk 2019-2020.
“Kami memiliki delapan proyek strategi yang di luncurkan untuk menciptakan banyak pekerjaan bagi rakyat AS dengan gaji besar,” ucap Ferriola. Nucor bukan hanya menggantungkan strateginya kepada kebijakan pemerintah saja. Mereka juga terus mengembangkan teknologi untuk kepentingan komersialisasi.
Salah satunya mereka mengajak kerja sama dengan Universitas Notre Dame untuk mengembangkan teknologi produksi baja yang ramah lingkungan. Kerja sama itu menghasilkan perusahaan start-up untuk proses produksi baja di St Joe, Indiana. Nanti Nucor akan mendapatkan hak lisensi teknologi itu secara eksklusif untuk diterapkan dalam produksi baja jangka panjang.
“Kami memang sangat senang berinvestasi di sektor teknologi dengan bekerja sama dengan Universitas Notre Dame. Itu bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan meningkatkan sisi komersialisasinya,” kata Ferriola.
Sebagai perusahaan baja terbesar di AS, sambung Ferriola, Nucor berusaha meningkatkan keberlanjutan bisnis dan mengurangi dampak buruk lingkungan. Nucor dikenal sebagai perusahaan yang jarang mementingkan hierarki dalam operasional perusahaan. Di kantor pusatnya saja, hanya terdapat 100 orang dengan lima tingkatan manajemen. “Yang ada adalah tim kerja, bukan manajer, dan itu adalah kunci sukses,” ujar Ferriola.
Nucor merupakan perusahaan kelas dunia yang mementingkan kesetaraan bagi semua karyawannya. Nucor menjadi perusahaan baja terbesar di AS yang mampu menjual 22 juta ton baja pada 2016. Mereka mengoperasikan 23 pabrik baja. Nucor tetap menganggap sebagai keluarga perusahaan kecil dibandingkan masuk dalam jajaran Fortune 500.
Setiap pabrik memiliki kebebasan menjalankan operasional dan memenuhi ke inginan pelanggannya. Kebebasan dalam menentukan produksi baja hingga mengelola program keselamatan. Semua pekerja Nucor mendapatkan kompensasi berdasarkan kinerja dan produktivitasnya. Semua karyawan Nucor juga adalah pembuat keputusan.
Pemberdayaan bukan hanya prinsip korporasi. Itu menjadi ideologi di Nucor. Semua orang di Nucor juga memiliki visi.“Visi tanpa eksekusi adalah halusinasi. Kita memiliki visi besar yang semuanya dieksekusi,” katanya.
(Andika Hendra)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)