Namun di bagian lain sekelompok kecil pendukung pemerintah menggelar demonstrasi mendukung kebijakan Maduro. “Saya berharap pemerintah memaksa industri untuk menerapkan kebijakan tersebut. Kita menentukan bisnis yang tidak setuju agar ditutup saja,” kata Julio Contreras, 70, pengawai di pemerintahan Kota Caracas.
Fedecamaras, kelompok bisnis terbesar di Venezuela, menyalahkan paket kebijakan Maduro yang dinilai tidak koheren. Mereka menyatakan kenaikan gaji buruh justru akan membuat bisnis semakin sulit beroperasi.
Banyak toko di Quinta Crespo juga masih tutup. Beberapa pegawai memilih tidak bekerja karena mereka tidak ada layanan transportasi publik. “Para karyawan saya tidak datang. Penyuplai juga tidak memasok barang karena tidak ada kepastian harga,” kata Jesus Rojas, 36, yang menjual buah-buah di pasar.
Dari dalam negeri, Direktur Eksekutif Refor Miners Institute Komaidi Notonegoro menilai, krisis yang terjadi di Venezuela memang tak bisa dihindarkan. Pasalnya negara itu sangat bergantung pada ekspor minyaknya. Menurut dia, ketika harga minyak jatuh, hal itu membuat Venezuela menderita.
Apalagi sejak 2014 lalu harga minyak bertahan lama di bawah USD50 per barel, jauh di bawah nilai keekonomiannya. Akibatnya pendapatan negara tersebut harus turun hingga 40%. Di saat pendapatannya turun, Venezuela kesulitan membayar utang-utang sejak tahun sebelumnya.
“Intinya kalau sangat tergantung dengan satu sumber, tidak ada jalan keluar. Adapun sektor-sektor lain di sana tidak tumbuh,” ujar Komaidi tadi malam. Dia mengatakan, negara tidak bisa dikelola hanya dengan mengandalkan penerimaan dari satu sumber.
Pada dasarnya minyak merupakan komoditas yang harganya tidak bisa dikontrol oleh negara mana pun baik itu Arab Saudi sebagai produsen terbesar maupun Venezuela sebagai negara yang kaya minyak.
“Jadi ini negara dengan sumber daya alam minyak melimpah justru menjadi kutukan. Di satu sisi ingin menasionalisasi perusahaan asing, tapi tidak dikelola dengan baik. Praktik-praktik bisnisnya juga dijalankan tidak baik,” tandasnya.
Dia meyakinkan, apa yang diderita Venezuela tidak akan terjadi di Indonesia. Pasalnya Indonesia tidak hanya bergantung dengan sumber daya minyak saja, tapi juga ditopang sektor lain. (Andika Hendra/Nanang Wijayanto)
(Dani Jumadil Akhir)