
Menurut dia, pada tahun itu lifting minyak diproyeksikan hanya mencapai 520.000 bph. Adapun perhitungan tersebut sudah menerapkan teknologi Enhance Oil Recovery (EOR) guna menjaga produksi sumur-sumur tua. Pihaknya merinci pada 2024 lifting minyak di bawah 600.000 bph atau berada di kisaran 531.000 bph.
“Sedangkan pada 2025 lifting minyak diproyeksikan berada di kisaran 494.000 bph. Jika tidak dengan EOR, produksi minyak pada 2030 bisa turun 281.000 bph,” ujarnya.
Berdasarkan data SKK Migas per 31 Juli 2018, lifting minyak mencapai 770.000 bph dari target Anggaran Penda patan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 800.000 bph.
Sedangkan untuk lifting gas sebesar 1,1 juta barel setara minyak. Dengan produksi di bawah target itu, maka penerimaan migas diprediksi turun dari target, yaitu sebesar USD11,7 miliar dari USD4,2 miliar. (Nanang Wijayanto)
(Dani Jumadil Akhir)