Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2018 Capai 5,17%

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Senin, 05 November 2018 |11:21 WIB
BPS: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2018 Capai 5,17%
BPS umumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal iii 2018 (Foto: Yohana/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2018 sebesar 5,17%. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal-II 2018 yang sebesar 5,27% yoy.

Meski demikian, posisi ini lebih tinggi dibandingkan laju ekonomi pada periode yang sama tahun lalu sebesar 5,06%.

"Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018 tumbuh 5,17% yoy, lebih rendah dibanding kuartal II-2018. Mudah-mudahan pertumbuhan ekonomi sesuai harapan," ujar Kepala BPS Suharyanto dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (5/11/2018).

Baca Juga: Jaga Pertumbuhan Ekonomi, BI Fokus Kendalikan Inflasi

Selain itu, BPS mencatat harga komoditas migas dan non migas di pasar internasional pada kuartal III-2018 secara umum mengalami peningkatan baik secara kuartal (q to q) dan juga secara tahunan (yoy).

Salah satunya terjadi kenaikan harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) yang saat ini mencapai USD74,24 per barel. Angka ini lebih tinggi dari kuartal II-2018 yang sebesar USD71,92 per barel atau naik 3,22%.

bps

Juga mengalami kenaikan 48,5% bila dibandingkan kuartal III-2017 yang sebesar USD49,99 per barel. "Jadi kenaikannya signifikan," ujarnya.

Adapun ekspor Indonesia ke China pada kuartal II-2018 mencapai 14,5%, ekspor ke Amerika Serikat dari 10,81% dan ke Singapura mencapai 5,92%.

Sebelumnya, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018 sebesar 5,14% yoy. Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi ini didorong konsumsi rumah tangga yang juga sedikit melambat.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2018 Diprediksi Capai 5,14%

"Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh melambat tipis dari kuartal sebelumnya namun tetap solid di kisaran 5,1%," ujarnya kepada Okezone.

Menurut Josua, melambatnya konsumsi rumah tangga terkonfirmasi dari inflasi yang melandai sepanjang periode Juli hingga September 2018. Serta terjadi peningkatan pertumbuhan kredit dan realisasi belanja sosial yang mendorong belanja masyarakat.

"Yang juga berkontribusi pada perlambatan adalah laju net ekspor yang terkontraksi yang dipengaruhi oleh tingginya laju impor dibandingkan laju ekspor sejalan dengan perbaikan laju investasi," katanya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement