7. Pemberhentian dua proyek besar yang dinilai sudah cukup target
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Kyatmaja Lookman mengatakan, kebijakan penghentian sementara dua proyek besar yakni proyek kereta cepat dan LRT dinilai sudah cukup. Kendati demikian, dia tak setuju jika ada tambahan pembatasan jam operasional untuk angkutan truk logistik.
“Saya tidak tahu kebijakan ini akan seperti apa penerapannya di lapangan, sebab pembatasan yang berlangsung sejak pukul 06.00 hingga pukul 09.00 se harusnya sudah cukup. Jangan lagi ditambah dari pukul 05.00 hingga pukul 10.00,” ucapnya.
Menurut dia, letak permasalahan bukan pada batasan jam operasional logistik truk, melainkan karena kurangnya holding area atau tempat penampungan sementara untuk truk-truk.
8. Perencanaan proyek infrastruktur pemerintah kurang matang dan menimbulkan penupukan proyek
Sementara itu, anggota Komisi V DPR Bambang Haryo Sukantono memandang perencanaan proyek infrastruktur pemerintah kurang matang sehingga menimbulkan penumpukan proyek di jalur tol Cikampek yang berdampak pada penumpukan kendaraan yang luar biasa di dalam tol tersebut.
“Pemerintah tidak matang dalam melakukan perencanaan proyek-proyek infrastruktur ini,” kata Bambang saat dihubungi KORAN SINDO di Jakarta kemarin. Semestinya, kata Bambang, sebelum pemerintah membangun proyek-proyek tersebut, terlebih dulu menyediakan dan memperlebar jalur alternatif non-tol.
9. Penyediaan Transportasi alternatif guna mengurangi kemacetan
Atau menyediakan transportasi alternatif lain seperti kereta dengan memperbanyak armadanya dan menambah jadwal. Untuk kendaraan yang memuat logistik, juga dipikirkan bagaimana caranya agar logistik itu bisa sampai tujuan.
Anggota Komisi V lainnya, Syarif Abdullah Alkadrie, mengatakan bahwa karena proyek-proyek ini bertujuan mengurangi kemacetan, maka masyarakat juga harus bersabar karena proyek ini membutuhkan waktu penyelesaiannya. “Ini kan antara (waktu) saja, kemacetan ini karena ada pekerjaan sehingga ada badan jalan yang digunakan. Kita diminta sementara waktu bisa menerima sesuai kondisi yang ada,” kata Syarif saat dihubungi.
Namun, Syarif juga meminta agar pemerintah juga bisa menyediakan jalur alternatif non-tol meskipun beberapa sudah digunakan, dan harus ada tindakan radikal berupa pengurangan volume kendaraan meskipun hal itu akan menimbulkan konsekuensi. Pakar transportasi Universitas Indonesia Tri Cahyono menilai, operator yang mengerjakan proyek tol Jakarta-Cikampek Elevated harus memikirkan solusi jika terjadi kemacetan parah. “Solusinya ya proyek harus selesai. Tidak perlu bahas ideal karena sudah berjalan. Jasa Marga dan kontraktor harus bekerja dengan orientasi prioritas lalu lintas dan bukan proyek,” tukasnya
Dia menilai proyek yang baik dikerjakan dengan mempertimbangkan studi manajemen lalu lintas selama proses konstruksi. Tri mencontohkan, proyek yang manajemen lalu lintasnya baik adalah MRT Jakarta di Sudirman. Pada proyek tersebut, kata dia, operator memberikan informasi detail mengenai jadwal penyempitan jalan dengan baik, makan malam, dan lain nya.
(Feby Novalius)