Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

AS-China Mulai Cairkan Perang Dagang

Koran SINDO , Jurnalis-Selasa, 04 Desember 2018 |08:41 WIB
AS-China Mulai Cairkan Perang Dagang
Ilustrasi: Foto Koran Sindo
A
A
A

Pemerintah AS menyatakan China diharapkan dapat membeli produk pertanian, energi, industri, dan produk lain dari AS secara substansial untuk mengurangi ketimpangan perdagangan di antara kedua negara. Kedua negara juga berjanji untuk secepatnya kembali melakukan negosiasi dalam berbagai aspek yang lain.

"Kami ingin segera memulai negosiasi perubahan struktural untuk memperkuat pengiriman teknologi, perlindungan kekayaan intelektual, hambatan nontarif, intrusi siber, dan pencurian siber,” ungkap Gedung Putih.

Sebaliknya, Menlu China Wang Yi mengatakan perundingan ini mencegah terjadinya friksi ekonomi lebih mendalam.

Pemerintah AS menyatakan China juga memberi sinyal akan mengizinkan kerja sama dua manufaktur semikonduktor yang dihalangi regulator China. Qualcomm dan NXP disebut dapat kembali melakukan negosiasi. Namun, produsen chip terbesar di dunia itu menyatakan kesepakatan dengan NXP sudah mencapai titik buntu.

Para ahli menilai proses negosiasi kemungkinan besar akan berlangsung alot, terutama jika AS dan China sama-sama keras kepala. “Kita sebaiknya tidak menaruh banyak harapan bahwa kesepakatan ini akan mengakhiri perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu,” kata pengamat DBS, Philip Wee.

Wee melanjutkan, ruang ketidakpastian dari kesepakatan AS dan China masih sangat besar karena isu yang disengketakan bukan hanya tentang perdagangan, tapi juga kekayaan intelektual. Pemerintah AS menuduh China memaksa perusahaan AS mentransfer teknologi terhadap mitra bisnis untuk mengakses 1,4 miliar konsumen.

Komisi Kekayaan Intelektual AS mengestimasikan kerugian yang ditelan akibat pencurian kekayaan intelektual mencapai USD225-600 miliar per tahun. Kamar Dagang AS di China juga menyatakan lebih dari separuh anggotanya prihatin dengan pencurian kekayaan intelektual dan merasa cemas melakukan bisnis di China.

Perusahaan AS dilaporkan harus menyepakati kemitraan atau joint venture dengan perusahaan China agar dapat membuka bisnis. Para ahli menilai negosiasi semacam ini biasanya dilakukan secara rahasia. St Louis Federal Reserve pernah menyatakan pada 2015 separuh dari teknologi di China berasal dari perusahaan asing.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement