Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

RI Bersaing dengan Malaysia hingga UEA Berebut Industri Fesyen Muslim

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Selasa, 11 Desember 2018 |19:45 WIB
RI Bersaing dengan Malaysia hingga UEA Berebut Industri Fesyen Muslim
Foto: Deputi Gubernur BI Rosmaya (Dok BI)
A
A
A

SURABAYA - Bank Indonesia (BI) memastikan tantangan industri fesyen syariah Tanah Air akan semakin besar di masa mendatang. Pasalnya, semakin banyak negara yang menggarap industri ini, tak terkecuali negara dengan mayoritas penduduk non muslim.

Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi menyatakan, kini Uni Emirat Arab, Malaysia dan Turki secara konsisten menggarap pasar fesyen muslim, bahkan Singapura, China, ltalia dan Perancis juga turut mengincar ceruk pasar ini.

"Sebagian besar retailer dan brand global mulai terjun menggarap pasar fesyen muslim. mulai dari luxury brand seperti Dolce and Gabbana dan Michael Kors. sampai dengan global brand seperti Macy‘s, Mark and Spencer, dan H&M," kata Rosmaya dalam acara mengenai Indonesia sebagai pusat fesyen muslim dunia di Indonesia Shari’a Economic Festival (ISEF) 2018, Grand City, Surabaya, Selasa (11/12/2018).

 Baca Juga: Punya Kualitas Internasional, Produk Fesyen RI Dipromosikan di Pusat Mode Dunia

Maka dengan jumlah penduduk mayoritas muslim, menjadikan Indonesia sebagai target pasar bagi produsen fesyen dari luar Indonesia.

Di samping itu, tantangan di sektor tesktil dalam negeri juga dihadapkan dengan defisit produk bahan baku tekstil, antara lain serat sebesar USD1,32 miliar dan benang sebesar USD2,45 miliar.

Rosmaya menilai, hal itu mengindikasikan rantai nilai industri tekstil nasional masih belum optimal dari sisi dukungan industri hulu terhadap industri hilir. Di mana industri hulu masih berorientasi ekspor yakni rata-rata 30%, sementara industri hilimya justru mengandung konten impor yang tinggi hingga 45%.

"Maka perlu upaya bersama untuk mengintegrasikan lini produk hulu hingga ke hilir diharapkan dapat memperkuat value chain langsung kepada produk akhir sekaligus mengurangi ketergantungan akan produk impor," jelas dia.

 Baca Juga: Potensi Industri Halal Diperkirakan Tembus USD3,1 Triliun pada 2022

Dengan ada tantangan tersebut, maka pelaku industri lokal mesti mampu berkompetisi di panggung global, baik dari segi produksi maupun akses pasar, sebab industri fesyen muslim menjadi sumber pendapatan baru dan prospektif bagi pelaku bisnis fesyen internasional.

Rosmaya menyatakan, untuk mendorong industri halal ini ada beberapa isu yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan dan menjadi area kolaborasi bersama, yaitu kepastian pasokan bahan baku serta dukungan dari infrastruktur pendukung. BI dalam hal ini mengupayakan lewat strategi penguatan halal value chain (rantai nilai halal).

"Upaya ini melibatkan para bisnis fesyen mulai dari industri tekstil sampai dengan desainer demi membemuk suatu rantai business linkage yang inklusif," kata dia.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement