Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Simak Upaya Kementan Tekan Inflasi Pangan hingga Catat Rekor Terendah

Andrea Heschaida Nugroho , Jurnalis-Jum'at, 28 Desember 2018 |14:37 WIB
Simak Upaya Kementan Tekan Inflasi Pangan hingga Catat Rekor Terendah
Foto: Dok. Kementan
A
A
A

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi dan andil kelompok pengeluaran bahan makanan dalam empat tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada 2017 merupakan tingkat inflasi terendah sepanjang sejarah yaitu 1,26%. Sedangkan andil pengeluaran bahan makanan terhadap inflasi di tahun yang sama terendah sepanjang 2014-2018 yaitu 0,26%.

"Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran sektor pertanian dalam upaya pengendalian inflasi," ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi yang hadir sebagai narasumber bersama perwakilan Perum Bulog dan PT Tjipinang Food Station pada acara Bincang Asyik Pertanian Indonesia (Bakpia) di Pusat Informasi Agribisnis (PIA), Jakarta, Jumat (28/12/2018).

Baca Juga: Angkat Kejayaan Kakao, Mentan Bagikan Bibit Unggul Gratis ke Petani

Menurut Agung, upaya yang dilakukan Kementerian Pertanian dalam mengendalikan inflasi pangan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi, dan ketermanfaatan. Aspek ketersediaan pangan dilakukan melalui peningkatan produksi pangan, menjaga luas tanam bulanan sesuai kebutuhan, serta mendekatkan pusat produksi kepada konsumen.

Sementara dari aspek distribusi pangan, Kementan berupaya menjaga pasokan dan harga pangan. Salah satu terobosan Kementan di Tahun 2018 adalah mendorong kemudahan distribusi pangan dan efisiensi tata niaga adalah mengembangkan e-commerce Toko Tani Indonesia (TTI).

“Rantai pasok antara petani sebagai produsen dengan konsumen bisa sangat panjang. Karana itu kami turut mengembangkan e-commerce TTI. Ini dilakukan untuk memangkas rantai pasok. Melalui layanan online berbasis aplikasi ini, TTI sebagai outlet dapat memesan beras segar langsung kepada Gapoktan ,” terang Agung.

Menurut Agung, tata niaga pangan yang panjang membuat harga menjadi mahal karena terakumulasi dari marjin keuntungan pelaku rantai pasok. "Kehadiran TTI yang mampu memperpendek mata rantai distribusi pangan, tentunya juga berkontribusi dalam memengaruhi tingkat inflasi," tandasnya.

Baca Juga: Jadi Tuan Rumah WGAFCC 2019, Indonesia Ingin Perkuat Akses Pasar Pertanian ke Australia

Belum sampai setahun jangkauan e-commerce TTI di wilayah Jabodetabek berkembang dengan cepat. Tercatat sebanyak 291 Gapoktan dan 1.140 TTI ikut dalam e-commerce, dengan transaksi penjualan mencapai R 8,60 Miliar.

Selain e-commerce, Agung menyebutkan Kementan turut membantu proses distribusi dengan secara intensif mengendalikan pasokan pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), monitoring harga pangan harian, melaksanakan operasi pasar bila diperlukan, dan mengembangkan lumbung pangan masyarakat.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement