Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

PLTA Batangtoru Aman terhadap Gempa

Koran SINDO , Jurnalis-Selasa, 15 Januari 2019 |10:35 WIB
PLTA Batangtoru Aman terhadap Gempa
Ilustrasi PLTA Jatigede (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Kajian kegempaan di sekitar lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru dilakukan secara detail. Proses survei berjalan sangat detail sehingga hasil kajian turut merekam potensi gempa-gempa kecil yang tidak terdata oleh lembaga lain.

Pernyataan ini disampaikan ahli geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Didiek Djawadi saat menjadi saksi di persidangan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan, kemarin.

Sidang dipimpin hakim Jimmy Clause Pardede dengan hakim anggota Efriandi dan Selfi Ruth Yaroodh. Menjawab pertanyaan hakim tentang tahapan analisis kegempaan yang dilakukan, Didiek yang juga tenaga ahli PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) menyatakan, secara bertahap ada beberapa kali penelitian dilakukan.

Pada 2012 dilakukan penelitian menggunakan georadar untuk mengetahui kondisi jalur sepanjang 13 kilometer yang akan digunakan untuk terowongan. “Kemudian tahun 2014 dilakukan untuk mengetahui gerakan-gerakan atau gempa kecil yang tidak terekam oleh BMKG sehingga kita tahu pola kegempaan yang ada di situ, yang gempanya kecil,” kata Didiek dalam rilisnya, kemarin.

Baca Juga: Mengintip PLTA Cirata, Terbesar di ASEAN yang Sudah 30 Tahun

Dengan menjabarkan istilah teknis secara gamblang dan dipahami umum, Didiek memaparkan, dua penelitian itu pun belum dipandang cukup karena belum tahu besaran potensi gempa yang akan terjadi. Karena itu, pada 2016 ditindaklanjuti dengan penelitian Seismic Hazard Analysis dan desain parameter untuk guncangan gempa terhadap bendungan.

“Jadi itu adalah rangkaian yang dilakukan. Penelitian yang terakhir itu melengkapi penelitian-penelitian terdahulu. Tidak ada rekomendasi yang berbeda karena jenis penelitiannya berbeda,” katanya.

Hasil penelitian-penelitian tersebut, kata Didiek, jika dirangkum didapat kesimpulan lokasi PLTA Batangtoru berada di tempat aman terhadap guncangan gempa. Dalam sidang yang sama, hadir juga saksi ahli dari pihak penggugat.

Pengajar dari Liverpool John Moores University, Serge Wich menyatakan, kawasan di sekitar Cagar Alam Dolok Sibual-buali di Tapanuli Selatan ada sekitar 40 individu orang utan. Orang utan di sana, kata dia, mengandalkan pakan dari tumbuhan khas yang ada di sana.

Pendapat ini memperkuat pernyataan serupa yang pernah disampaikan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno.

Dia menegaskan, KLHK memiliki perhatian penuh untuk memastikan kelestarian orang utan yang ada di bentang alam Batangtoru. Salah satu caranya memastikan ketersediaan pakan bagi orang utan.

“Pergerakan orang utan ini tergantung pakannya,” kata Wiratno.

Baca Juga: PLN Masih Operasikan PLTA Peninggalan Belanda

Berdasarkan hasil pemantauan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli, habitat orang utan Tapanuli di kawasan Batangtoru tersebar di tiga blok terpisah, yakni blok barat, timur, dan selatan. Populasi orang utan terbanyak berada di blok barat yang mengarah ke Adian Koting, Kabupaten Tapanuli Utara, diikuti blok timur, yakni wilayah cagar alam (CA) Sipirok di Tapsel.

Adapun populasi orang utan terendah berada di blok selatan, terutama CA Sibual-buali, yaitu 0,41 individu per kilometer persegi. Kawasan blok selatan yang minim jumlah individu orang utan itu berbatasan dengan areal penggunaan lain (APL) yang merupakan lahan perkebunan rakyat berisi, antara lain, pohon karet, petai, dan durian.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement