Pada tahun lalu, Indonesia bahkan sudah melakukan ekspor beras jenis khusus (speciality rice). Salah satunya adalah beras varietas tarabas. Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Priatna Sasmita, menyampaikan bahwa varietas tarabas adalah beras tipe japonika pertama di Indonesia yang biasa digunakan untuk makanan khas Jepang. Selama ini beras japonika hanya berhasil dikembangkan di negara subtropis seperti Jepang, Korea, dan Taiwan.
Beras tarabas tidak hanya didistribusikan ke hotel, restoran, dan kafe (Horeka) dalam negeri, tapi juga mengisi pasar mancanegara.
“Sepanjang tahun 2018, kita sudah mengekspor beras tarabas sebanyak 3.100 ton. Tahun 2019 ini kita mentargetkan kenaikan 40%,” terang Priatna.
Ekspor Jagung 2019 Ditargetkan Sebanyak 500 Ribu Ton
Dalam keterangan terpisah, Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) Sholahuddin menyebutkan bahwa produksi jagung kembali diperkirakan mengalami surplus. Diproyeksikan, produksi jagung pada tahun 2019 ini bisa mencapai 29,93 juta ton dengan angka konsumsi nasional sebanyak 23,25 juta ton.
“Proyeksi ini kita harapkan tidak meleset, apalagi petani sudah mendapatkan bantuan benih jagung yang disalurkan ke 33 provinsi,” sebutnya.
Ada beberapa provinsi yang menjadi kontributor utama dalam peningkatan produksi jagung secara nasional. Provinsi Jawa Timur menyumbang kontribusi sebesar 27,7%, provinsi Jawa Tengah 15%, Lampung 8,4% dan Sulawesi Selatan 7,9%.
Konsumsi jagung terbesar secara nasional digunakan untuk bahan baku industri pangan sebesar 11,1 juta ton. Kemudian bahan baku industri makanan 5,93 juta ton dan bahan baku ternak 4,2 juta ton. Adapun untuk konsumsi rumah tangga angkanya mencapai 405 ribu ton. Sedangkan yang tercecer sekitar 1,5 juta ton.
“Kita harapkan jagung hasil produksi petani kita bisa mencukupi kebutuhan pakan secara nasional. Apalagi petani sudah mendapatkan bantuan pengering jagung,” sebut Sholahuddin.
Lebih lanjut, dirinya mendukung target pemerintah untuk ekspor jagung sebanyak 500 ribu ton pada tahun 2019 ini. Menurut Sholahuddin, dengan produksi jagung yang diproyeksi surplus, sudah selayaknya kelebihan produksi tersebut dinikmati oleh petani lokal.
“Yang paling merasakan keuntungan ekspor jagung adalah petani. Jika kebutuhan nasional sudah terpenuhi, tidak ada salahnya jika petani turut merasakan keuntungan lebih dengan menjual jagung mereka di pasar mancanegara,” kata Sholahuddin.
(Dani Jumadil Akhir)