Selain itu, inisiatif indusri 4.0 tidak hanya memiliki potensi luar biasa dalam mendorong perubahan kebijakan sektor manufaktur, tetapi juga mampu mengubah berbagai aspek kehidupan peradaban manusia.
“Oleh karenanya, berbagai negara telah memasukkan industri 4.0 ke dalam agenda nasional mereka untuk dapat meningkatkan daya saingnya dalam kancah global,” katanya.
Making Indonesia 4.0 telah memilih lima sektor manufaktur yang akan menjadi pionir penerapan era digitalisasi, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronika. Kelompok manufaktur ini dipilih karena berkontribusi tinggi terhadap ekonomi nasional, dengan sumbangsih hingga 60% pada PDB, nilai ekspor, dan penyerapan tenaga kerja.
“Jadi, industri 4.0 bukan di awang-awang. Bahkan, ini bisa meng-create job,” ujarnya. Implementasi industri 4.0 akan membuka peluang kerja hingga 17 juta orang yang melek teknologi digital, dengan komposisi 4,5 juta orang dari sektor manufaktur dan 12,5 juta orang dari industri penunjangnya.
“Guna memenuhi kompetensi SDM tersebut, kita harus melakukan retraining skill untuk pekerjaan baru. Ini sejalan keinginan Presiden Joko Widodo yang tahun ini difokuskan untuk membangun SDM berkualitas melalui kegiatan pelatihan dan pendidikan vokasi industri secara masif, dengan konsep dual system di SMK dan politeknik,” ujarnya.
(Feby Novalius)