JAKARTA - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pasar modal Indonesia pada tahun ini. Tantangan itu baik berasal dari domestik maupun global.
Inarno menjelaskan, dari dalam negeri terdapat enam tantangan yang dihadapi. Di antaranya mulai dari laporan kinerja keuangan para emiten, Pilpres dan Pileg 2019 yang akan berlangsung pada 17 April 2019, hingga kebijakan pemerintah dalam perbaikan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
"Jadi di dalam negeri tantangannya ada laporan kinerja keuangan emiten, produk pasar modal, kebijakan moneter kenaikan suku bunga, Pemilu Presiden dan Legislatif, pengembangan sumber daya manusia (SDM), dan kebijakan defisit transaksi berjalan," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Baca Juga: Investor Asing Dominasi Pasar Modal Indonesia, Ini Buktinya
Meski demikian, menurutnya pengaruh pemilu 2019 tidak akan terlalu besar terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini menengok pada pemilu sebelumnya yakni tahun 2014, 2009, dan 2004, di mana pengaruhnya tak begitu besar pada pasar modal.
"Melihat 3 pemilu sebelumnya, itu kita lihat korelasinya tidak terlalu banyak. Harapannya untuk pemilu tahun ini korelasinya tidak terlalu banyak ke IHSG," kata dia.
Adapun dari kondisi global terdapat lima tantangan. Di antaranya soal kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang memang sangat mempengaruhi pergerakan investor asing menanamkan dananya di negara emerging market.