JAKARTA – Performance kinerja keuangan PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) masih negatif. Pasalnya, sepanjang tahun 2018, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar USD78,89 juta atau turun 26,49%, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD107,33 juta. Perseroan mengungkapkan, penurunan laba disebabkan selisih kurs akibat kurs mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Dilansir dari Harian Neraca, Selasa (26/3/2019), Manajemen POWR menyebut capaian laba tahun berjalan tahun lalu dipengaruhi oleh faktornon-recurringdannon-cash.Penyebabnya yakni selisih kurs akibat pemelahan nilai tukar rupiah rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sepanjang 2018 sebesar 6,9%. Maka jika hal tersebut dikeluarkan dari perhitungan laba tahun berjalan 2018, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar USD109 juta atau lebih besar USD2 juta dibandingkan dengan laba tahun berjalan tahun 2017.
Baca Juga: Cikarang Listrindo Realisasikan Buyback 17,8 Juta Saham
POWR mengklaim memiliki kemampuan memberikan dividen yang sama besar atau bahkan lebih dari sebelumnya. Manajemen menyebut memberikan nilai lebih kepada para pemegang saham merupakan komitmen kuat yang selalu dinyatakan kepada para stakeholders-nya. Kendatipun demikian, perseroan menyebutkan bisnis listrik di tahun kemarin masih positif. Tengok saja, permintaan permintaan kilowatt jam (kWh) listrik dari lima kawasan industri tumbuh 4,8% secara tahunan pada 2018. Total penambahan daya tersambung sebesar 20 MVA dan jumlah pelanggan meningkat sebanyak 60 pelanggan.
Dengan capaian itu, POWR itu melaporkan penjualan bersih USD574,1 juta atau tumbuh 1,4% secara tahunan pada 2018. Dari situ, laba kotor yang dibukukan senilai USD215,4 juta atau naik 3,6% secara tahunan. Perseroan mencatat earning before interest, taxes, depreciation, and amortization(EBITDA) senilai USD221,3 juta pada tahun lalu. Realisasi itu naik 4,5% dibandingkan dengan periode 2017.
POWR menyebut pertumbuhan itu disebabkan oleh peningkatan penjualan listrik kepada pelanggan kawasan industri. Selain itu, terjadi efisiensi bahan bakar sebesar 7,3% pada 2018. Perseroan tahun ini mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar USD40 juta - USD50 juta. Capex tersebut meningkat 25% dibandingkan 2018. Belanja modal ini semuanya dari kas internal perusahaan.
Investor Relation and Corporate Finance Manager Cikarang Listrindo, Baskara Rosadi Van Roo pernah bilang, belanja modal ini akan digunakan untuk kebutuhan perawatan pembangkit listrik. Guna merampungkan pembangunan jalur distribusi, perseroan memerlukan dana sekitar USD15 juta untuk tahun 2019. Saat ini perusahaan memiliki pembangkit listrik berbahan gas (PLTG) 1 yang memiliki kapasitas 755 megawatt (MW). Selain itu, mereka juga mengoperasikan PLTG II memiliki kapasitas cadangan sebesar 109 MW.
POWR memiliki tenaga listrik berbahan bakar batubara atau PLTU berkapasitas 2x140MW yang mulai dioperasikan pada 2007. Hingga saat ini, total kapasitas terpasang POWR mencapai 1.144 MW.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)