JAKARTA - Perilaku konsumtif di kalangan masyarakat saat ini seakan sudah menjadi tren tersendiri, terlebih lagi saat Ramadan. Pasalnya, pada bulan ini kebutuhan sandang dan pangan jauh lebih meningkat dari biasanya.
Menariknya, selama Ramadan sebagian orang mengeluarkan dana tambahan untuk merencanakan beberapa kegiatan, seperti berbuka puasa bersama dan tergiur promo harga spesial selama Ramadan.
Menurut perencana keuangan Endy Kurniawan, perilaku konsumtif seseorang saat Ramadan memang cenderung meningkat. Awalnya, bulan ini mungkin kita berencana untuk menabung, tapi justru malah boros. Karena banyaknya kebutuhan yang dipersiapkan.
“Tren berbelanja saat Ramadan sudah menjadi kebutuhan pokok. Kebanyakan orang-orang berpikir untuk melengkapi kebutuhan makanannya, tapi sebenarnya hal tersebut tidak terlalu mendesak. Hal inilah yang memicu pola konsumtif,” kata Edy.
Baca Juga: Peritel Menjemput Rezeki Tahunan di Bulan Ramadan
Edy menambahkan, saat bulan puasa pengeluaran malah semakin banyak. Karena, banyak pengeluaran yang memang di luar rencana dan keinginan berbelanja pun semakin besar.
“Logikanya berbelanja saat lapar, ngantuk, dan lelah mampu membuat seseorang berbelanja dengan impulsif dan ini memang sering sekali terjadi pada saat Ramadan,” tambah Edy.
Tidak hanya tergoda dengan banyaknya penawaran yang datang saat Ramadan, faktor sosial juga ikut memengaruhi seseorang menjadi lebih konsumtif.
Hal inilah yang membawa peranan besar sehingga seseorang berbelanja bukan lagi karena kebutuhan. “Pengaruh sosial ikut memiliki peranan yang sangat tinggi, misalkan saja pada bulan-bulan biasa pengeluaran untuk berbelanja hanya sekitar 30%, tapi saat bulan puasa meningkat menjadi 70%.
Baca Juga: Generasi Milenial Harus Mengerti Kebutuhan Kerja Masa Kini
Hal ini karena terdapat faktor tuntutan, seperti membeli makanan khusus untuk berbuka puasa dan lainnya,” kata Edy. Hal senada juga disampaikan oleh pakar pemasaran sekaligus penulis buku, Yuswohady, masyarakat Indonesia terbiasa dengan kegembiraan dalam menyambut bulan puasa.
Dengan demikian, terdorong untuk berbelanja berbagai jenis panganan untuk persiapan. Yuswohady pun memberikan gambaran bahwa pada saat bulan puasa kita mengeluarkan dana tambahan sebesar Rp1 juta sampai Rp4 jutaan.
Hal tersebut biasanya dialokasikan untuk membeli pakaian, sepatu, dan acara buka puasa bersama. “Biasanya saat bulan puasa dana terbesar yang dikeluarkan untuk acara buka puasa bersama. Selain itu, berbelanja untuk persiapan menjelang Hari Raya Idul Fitri,” kata Yuswohady.
Mengubah pola konsumtif tidaklah mudah dan berhenti secara begitu saja. “Sifat konsumtif akan selalu bergerak terus untuk memenuhi nafsu. Tidak bisa ditahan begitu saja, terlebih lagi pada hari besar yang memang hanya terjadi satu tahun sekali. Dan diri kita sendiri yang selalu menjadi sasaran untuk terus melakukan sifat konsumtif,“ kata Yuswohady.
Agar tidak konsumtif saat bulan puasa nanti, tentunya kita harus memahami apa yang menjadi kebutuhan pada saat itu. “Hal paling mudah untuk mengurangi sifat konsumtif, yaitu kita harus bisa menunda apa yang menjadi kesenangan kita termasuk bersifat konsumtif,” ungkap Yuswohady.
Selain itu, membuat anggaran belanja juga bisa mengurangi sifat konsumtif. Dengan membuat anggaran kita bisa mengetahui setiap pengeluaran harian dan bulanan. Dengan begitu, pos-pos pengeluaran Anda bisa terlihat dengan jelas.
“Yang harus diperhatikan ketika berbelanja, sesuaikan dahulu kebutuhannya. Karena saat berbelanja selalu mementingkan keinginan dan hal tersebut yang mendorong sifat konsumtif,” ujar Yuswohady. (Aprilia S Andyna)
(Dani Jumadil Akhir)