JAKARTA – Berambisi membangun jaringan 4G di seluruh Indonesia, mendorong PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo harus menguras kocek biaya investasi yang cukup besar. Tahun ini, operator telekomunikasi berkomitmen mengalokasikan dana USD2 miliar atau sekitar Rp30 triliun untuk pembiayaan ekspansi dalam tiga tahun ke depan.
Direktur Utama Indosat Chris Kanter mengatakan, komitmen itu berdasarkan persetujuan dari para pemegang saham. Dimana tiga tahun itu dimulai dari 2019 ini dengan total USD2 miliar dan komitmen sebesar itu karena perusahaan menilai tiga tahun cukup meyakinkan," ujarnya dilansir dari Harian Neraca, Jumat (3/5/2019).
Baca Juga: Pefindo Beri Rating AAA Obligasi Indosat
Apalagi, lanjutnya, melihat 2018 pemakaian data meningkat hingga 72,2% dari tahun lalu menjadi 1,87 terrabyte. Untuk di 2019, perusahaan telah menganggarkan dana untuk capital expenditure (capex) sebesar Rp10 triliun. Dimana 90% dana capex itu akan digunakan untuk pengembangan jumlah base transceiver station (BTS) 46 sebanyak 18.000 di tahun ini.
Namun sayangnya, Chris tidak mau membeberkan sumber dari pembiayaan itu. Tapi perusahaan, lanjut Chris, membuka semua opsi untuk menggaet dana mulai dari penerbitan obligasi, rights issue, hingga penjualan tower BTS. Hal senada juga disampaikan Direktur Indosat, Eyas Naif Saleh Assaf. Disampaikannya, perusahaan jelas-jelas membuka opsi pembiayaan yang luas baik dari internal maupun lewat pasar modal.
Adapun saat ini pihaknya juga tengah merencanakan untuk kembali menerbitkan obligasi tahap kedua yang merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Tahap III. Beberapa waktu lalu perusahaan juga telah menerbitkan Obligasi dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan III Tahap 1 Tahun 2019 sebesar Rp2 triliun.
Sebagai informasi, perseroan mencatatkan kerugian senilai Rp2,4 triliun sepanjang tahun 2018. Padahal di tahun sebelumnya, Indosat masih bisa mencicipi laba sebesar Rp1,13 triliun. Perseroan menjelaskan, meruginya perusahaan disebabkan oleh berkurangnya pendapatan. Dimana pendapatan Indosat tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 22,6%, yaitu senilai Rp23,13 triliun pada 2018 dari posisi 2017 senilai Rp29,92 triliun.
Salah satunya, imbas dari kebijakan pemerintah soal pembatasan SIM Card melalui pendaftaran Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang ditetapkan pada 2018. “Yang memang berdampak besar adalah ketentuan pemerintah yang membatasi jumlah pelanggan itu per NIK itu cuma boleh 3. Ini memang jumlahnya, dampaknya besar, dan penurunan itu harus dikerjakan pada 2018,” ujarnya.
Di sisi lain, penurunan itu juga terkait dengan penurunan berbagai sektor bisnis Indosat, mulai dari seluler hingga internet. Dilaporkan Indosat, pos yang mengalami penurunan berasal dari pendapatan sektor selular, di mana pos tersebut merosot 26,4% dari Rp24,4 triliun di 2017 menjadi Rp18,02 triliun pada 2018. Sedangkan, penurunan pendapatan lain juga terdapat pada bisnis multimedia, komunikasi data, dan internet turun 2,9%, yaitu dari Rp4,51 triliun menjadi Rp4,38 triliun pada tahun 2018.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)