JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai ekspor sulit menjadi andalan untuk mengurasi defisit neraca perdagangan di tengah ketidakpastian pasar keuangan global akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi China hingga perang dagang.
Gubernur BI Perry Warjiyo menerangkan, pertumbuhan ekonomi China diprediksi terbatas di 6,4%. Padahal, sejumlah langkah stimulus yang dilakukan pemerintah dan Bank Sentral China sudah dikeluarkan.
Misalnya, dengan memberi stimulus pajak berupa pemotongan pajak di sejumlah sektor khususnya permintaan domestik seperti konsumsi. Kemudian Bank Sentral mengeluarkan stimulus dari sisi moneter untuk menjaga perlambatan ekonomi China tidak lebih dalam.
"Secara keseluruhan diprakirakan ekonomi China juga belum kuat dalam arti stimulus fiskal pajak, infrastruktur maupun moneter belum mampu mendorong. Artinya dibanding negara lain dampak ekonomi global pada China relatif tidak sesignifikan dari yang lain," ujarnya di Kantor BI, Jakarta, Kamis (16/5/2019).
Baca Juga: AS-China Saling Balas Tarif Impor, Begini Dampaknya ke RI