Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Makanan dan Minuman Masih Merajai Bisnis Waralaba

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 08 Juli 2019 |10:14 WIB
Makanan dan Minuman Masih Merajai Bisnis Waralaba
Food and beverages ilustrasi (Reuters)
A
A
A

JAKARTA – Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) optimistis pertumbuhan bisnis franchise atau waralaba di Indonesia pada tahun ini dapat tumbuh 10% secara tahunan (yoy), baik untuk transaksi maupun jumlah pemain.

Pertumbuhan tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan tahun lalu yang tumbuh 5%- 6%. Produk makanan dan minuman (mamin) atau food and beverage/F&B) tetap mendominasi bisnis ini.

”Targetnya tumbuh 10% untuk tahun 2019. Tahun lalu tidak sampai 10%, mungkin sekitar 5-6%. Target pertumbuhan itu meliputi pertumbuhan cabang, konsep baru, dan transaksi,” kata Ketua AFI Andrew Nugroho, pada acara pembukaan International Franchise, License & Business Concept Expo & Conference (IFRA) 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta.

 Baca juga: Omzet Rp150 Triliun, Momentum Emas Ekspansi Bisnis Waralaba

Andrew, yang juga Direktur Top Food Indonesia (Es Teler 77), mengakui sejauh ini produk FnB menyumbang paling banyak untuk pertumbuhan waralaba di Indonesia. Alasannya karena jangkauan pasarnya lebih luas dan produk yang dihasilkan lebih simpel.

 ilusrasi kedai waralaba

”Pasar F&B itu masih luas. Jangan hanya melihat Jabodetabek, tapi masih banyak pulau lainnya di Indonesia. Kami di Es Teler 77 buka cabang ke Mamuju dan Ternate. Terlebih pemerintah aktif buka kawasan wisata Bali baru. Ini potensial semuanya,” paparnya.

 Baca juga: Waralaba Diminta Transaparan soal Distribusi Donasi

Untuk tahun ini dia meyakini pertumbuhan waralaba akan didominasi kembali oleh sektor F&B. Kendati mendominasi, Andrew yakin sektor lainnya bisa terus tumbuh.

”Iya, memang akan ditopang F&B juga, tapi tidak menutup kemungkinan pertumbuhan tumbuh di jasa-jasa kursus dan minimarket yang masih tetap populer,” ungkapnya.

 Baca juga: Bisnis Waralaba Perkuat Ekonomi Kerakyatan

Andrew berharap waralaba bisa terus menaikkan kelasnya ke kancah global, terlebih dengan diselenggarakannya acara International Franchise, License, and Business Concept Expo & Conference (IFRA) 2019.

”Sekarang, yang terdaftar pada kami waralaba Indonesia di luar negeri itu baru sekitar 20 merek. Tapi, dengan adanya kerja sama asosiasi franchise yang datang ke IFRA, mungkin bisa bertambah 3-4%,” ucap Andrew.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Karyanto Suprih mengatakan, pertumbuhan waralaba di 2019 sejalan dengan prediksi momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksikan tumbuh mencapai 5,3%. Pada kuartal I/2019 pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh tipis secara tahunan. Dia semakin optimistis karena peluang usaha waralaba lebih mudah karena pelaku tidak harus mulai dari awal.

”Sekarang juga dimudahkan dengan sistem perizinan semakin mudah dan kondusif. Waralaba juga mendukung ekonomi kerakyatan karena semua bisa ikut serta,” ujar Karyanto.

Baca juga: Gurauan Mendag Sebut Martabak Kaesang Lebih Maju dari Mebel Jokowi


Berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) di Kemendag, terdapat 90 merek waralaba lokal dengan legalitas. Merek inilah yang potensial untuk pangsa pasar besar kelas ekonomi menengah dan generasi muda.

”Sektor F&B juga dilihatnya akan semakin menjamur karena para milenial butuh tempat untuk bersosialisasi,” katanya.

Secara khusus Karyanto juga menyebut beberapa merek waralaba telah mencapai skala internasional seperti Alfamart, JCO, Kebab Turki, dan Martha Tilaar. Usaha ini memberikan multiplier efek dalam meningkatkan nilai ekspor.

Baca juga: Mendag: Waralaba, Modal Kecil Tetap Bisa Jadi Pengusaha


”Daya saing tinggi para pelaku didukung pemerintah dengan pembinaan. Kemudian juga pengakuan dari pemerintah akan berikan kepastian hukum dan kepercayaan terhadap merek. Ini fondasi keberhasilan bisnis yang disiapkan pemerintah,” ujarnya.

Terkait dengan IFRA 2019, Presiden Direktur Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh menargetkan pengunjung yang datang sebanyak 17.500 orang dengan transaksi mencapai Rp800 miliar.

Target tersebut naik signifikan dibandingkan transaksi pada tahun lalu mencapai Rp675 miliar. ”Transaksi yang bisa terjadi kami yakin bisa mencapai Rp1 triliun. Ini signifikan karena sekarang era milenial semua ingin bisnis dengan cepat,” ujarnya.

(Fakhri Rezy)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement