JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan angka kemiskinan Indonesia pada Maret 2019 sebesar 9,41%. Nilai itu setara dengan adanya 25,14 juta penduduk miskin.
Baca Juga: Jumlah Warga Miskin di Indonesia Turun 530.000 Orang
Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, salah satu komoditas yang memberi sumbangan besar terhadap garis kemiskinan yakni rokok kretek filter, lantaran setiap bulan menyumbang inflasi. Harga rokok memiliki andil terhadap kemiskinan sebesar 11,38% di pedesaan dan sebesar12,22% di perkotaan.
"Rokok kontribusinya pelan-pelan naik. Karena setiap bulan inflasinya 0,01%. Tapi kalau rokok naik tetap enggak ada yang komplain," kata Kepala BPS dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (15/7/2019).
Baca Juga: Harga Beras hingga Rokok Jadi Pemicu Utama Kemiskinan
Pria yang akrab dipanggil Kecuk itu menyatakan, beras sebagai bahan pangan pokok, juga turut menjadi komoditas penyumbang pada kemiskinan. Konstribusinya terhadap kemiskinan di perkotaan sebesar 20,59% dan 25,97% di perdesaan.
Selain dua hal itu, untuk kategori komoditas bukan makanan yang memberi sumbangan terbesar baik pada garis kemiskinan perkotaan dan pedesaan adalah perumahan, bensin, dan listrik.
Keempatnya berkontribusi terbesar, dengan masing-masing perumahan sebesar 8,16% di perkotaan dan 7,26% di perdesaan. Kemudian bensin sebesar 4,28% di perkotaan dan 3,5% di perdesaan, lalu listrik sebesar 3,8% di perkotaan dan 2,04% di perdesaan.
Adapun secara persentase, penduduk miskin di perkotaan turun dari September 2018 sebesar 6,89% menjadi 6,69% di Maret 2019. Penurunan itu juga terjadi di perdesaan menjadi 12,85% dari September 2018 yang sebesar 13,10%.
Secara jumlah, penduduk miskin di perkotaan turun dari 10,13 juta orang pada September 2018 menjadi 9,99 juta orang pada Maret 2019. Kemudian perdesaan turun menjadi 15,15 juta orang dari 15,54 juta orang pada September 2018.
(Dani Jumadil Akhir)