NEW YORK - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka jatuh pada perdagangan Rabu waktu setempat, setelah menurunnya pendapatan Caterpillar hingga Boeing. Hal tersebut kembali menimbulkan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi AS yang sangat membebani sentimen tahun ini.
Baca Juga: 'Menenggak' Laporan Keuangan Coca-Cola, Wall Street Ditutup Menguat
Dow Jones Industrial Average turun 86,95 poin atau 0,32% pada pembukaan menjadi 27.262,24. S&P 500 dibuka lebih rendah sebesar 6,70 poin atau 0,22%, pada 2.998,77. Nasdaq Composite turun 24,04 poin, atau 0,29%, menjadi 8.227,36 pada bel pembukaan.
Caterpillar Inc mencatat penurunan pendapatan sebesar 4,7%, setelah terjadi penurunan permintaan pendinginan untuk mesin konstruksi di Asia. Apa yang terjadi pada Caterpillar menjadi ukuran bahwa perang dagang sangata berdampak global.
Baca Juga: Pendapatan Perusahaan Blue Chip Bawa Wall Street Terbang Tinggi
Selain itu, pendapatan Boeing jelas terpuruk setelah dua kecelakaan tragus pada pesawat 737 MAX.
“Hasil Caterpillar menunjukkan bahwa ada kelemahan di kawasan Asia Pasifik, Orang-orang dapat mulai memperkirakan dari itu. Yang jelas penghasilan Caterpillar lebih penting daripada Boeing, karena masalah Boeing lebih spesifik untuk perusahaan.” ujar Direktur Pelaksana New Vines Capital LLC Andre Bakhos, dikutip dari Reuters, Rabu (24/7/2019).
Hampir 80% dari 104 perusahaan pada indeks S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangannya. Sejauh ini telah melampaui ekspektasi pendapatan, dan laba keseluruhan diperkirakan akan naik sekitar 1%,
Namun sentimen tetap goyah, termasuk pengumuman investigasi antimonopoli luas oleh Departemen Kehakiman AS ke sektor teknologi, dimasukkan ke dalam kerugian. DOJ tidak mengidentifikasi perusahaan tertentu, tetapi ketentuan tinjauan menunjuk ke Alphabet, Amazon dan Facebook dan saham di ketiganya turun sekitar 1% .
Facebook dijadwalkan akan melaporkan pendapatannya pada hari ini dan itu merupakan subjek dari penyelesaian yang diumumkan oleh regulator tentang masalah privasi yang mencakup denda lebih dari USD5 miliar.
(Feby Novalius)