JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyebut nilai tukar Rupiah sempat terkoreksi beberapa waktu lalu. Hal tersebut dikarenakan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang tak kunjung membaik.
Baca Juga: Rupiah Pukul Mundur Dolar AS ke Rp14.200/USD
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ucapan Presiden Trump dengan memberikan tarif tambahan 10% kepada produk China membuat perang dagang kembali memanas. Pengenaan tarif tambahan 10% terhadap impor barang asal China senilai USD300 miliar akan berlaku mulai 1 September.

Menurut Perry, ucapan Presiden Trump membuat nilai tukar Rupiah sempat kaget. Sehingga Rupiah sempat terkoreksi.
"Saat ini nilai tukar Rupiah bergerak stabil walaupun sempat berubah karena faktor teknikal karena memang kaget ucapan yang diluncurkan Amerika Serikat dan kenaikan tarif USD300 miliar ke China," ujarnya saat ditemui di Komplek Bank Indonesia, Jumat (9/8/2019).
Baca Juga: Rupiah Pagi Ini Melemah Tipis ke Rp14.228/USD
Perry menegaskan, pihaknya selalu berada di pasar untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah walaupun ada faktor teknikal yang masih akan menggangu mata uang kecintaan. Salah satunya akan selalu melakukan intervensi.
"Hal ini tidak hanya di pasar spot tapi di Domestic Non Delivery Forward (DNDF) dan dengan pembelian pasar sekunder dan tetap menjaga likuidtas di pasar dan komitmennya," jelasnya.
Sementara itu, saat ini nilai tukar Rupiah sudah relatif stabil. Meskipun perang dagang masih berlangsung nilai tukar Rupiah stabil diangka Rp14.205 per USD.
Sebagai informasi, Bloomberg, Jumat (9/8/2019), Rupiah dibuka di angka Rp14.205 per USD. Angka ini menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka Rp14.213 per USD.
(Feby Novalius)