JAKARTA - Performa indeks harga saham gabungan (IHSG) sejak awal hingga penutupan perdagangan tampil babak belur. Pelaku pasar terus menerus melakukan aksi jual hingga akhirnya IHSG terhempas di jalur merah.
Menurut analis saham PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee merahnya pergerakan IHSG karena dikepung sentimen negatif baik dari sisi eksternal maupun internal.
Baca juga: Melemah 1,77%, IHSG Dibuka Merah ke 6.222
Dari sisi eksternal, antara lain naiknya harga minyak mentah di pasar global. Naiknya harga minyak akibat serangan drone kepada fasilitas lapangan minyak Aramco, yang berdampak terhadap 50% produksi minyak Arab Saudi.

"Harga minyak berjangka WTI dan Brent masing-masing melesat USD6,4 (11,67%) dan USD7,89 (13,3%) menjadi USD61,23 dan 68,7 per barel,'' ujarnya saat dihubungi Okezone, Senin (16/9/2019).
Baca juga: IHSG Turun hingga 1,82% pada Jeda Makan Siang
Selain itu dari sisi internal, angka ekspor impor juga di bawah harapan pasar. "Jadi pasar koreksi," ujarnya.
Hari ini Badan Pusat Statistik merilis data nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2019. Data tersebut menunjukkan nilai ekspor mengalami penurunan 9,99% menjadi USD14,28 miliar dibanding Agustus 2018 yang mencapai USD15,87 miliar.
Baca juga: IHSG Anjlok 115,4 Poin ke 6.219,43
Begitu pula bila dibandingkan dengan laju ekspor pada Juli 2019. Dengan realiasi bulan lalu yang mencapai USD15,45 miliar, maka terjadi penurunan sebesar 7,60%.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, penurunan ekspor pada Agustus 2019, dipengaruhi berbagai kondisi global yang membuat harga komoditas bergerak fluktuatif. Di mana harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia (ICP) mengalami penurunan sepanjang Agustus, di samping harga minyak kelapa sawit (CPO) mengalami peningkatan.