JAKARTA - Kilang minyak Arab Saudi akhir pekan lalu diserang oleh drone. Hal ini membuat kemunduran besar dalam geopolitik dunia.
Serangan tersebut telah mengurangi produksi minyak mentah sebesar 5,7 juta barel per hari, sekitar setengah dari produksi kerajaan.
Baca Juga: Harga Minyak Tergelincir di Tengah Kekhawatiran Baru Perang Dagang
Berikut beberapa fakta terkait serangan drone di kilang minyak Saudi Aramco seperti dirangkum Okezone, Senin (23/9/2019).
1. Produksi minyak dihentikan sementara
Serangan tersebut membuat produksi perusahaan migas raksasa itu kehilangan sekitar 5,7 juta barel per hari. Jumlah itu setara dengan 5% dari pasokan dunia. Dalam pernyataan yang dirilis kantor berita Saudi Press Agency (SPA), Pangeran Abdulaziz mengatakan serangan itu "mengakibatkan produksi di pabrik Abqaiq dan Khurais dihentikan sementara".

Dia mengatakan bahwa sebagian dari kekurangan itu akan dikompensasi dengan menggunakan stok minyak Aramco. Situasi di kedua fasilitas terkendali, kata CEO Aramco Amin Nasser. Ia menambahkan bahwa tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam serangan tersebut. Sementara itu, AS akan bekerja dengan sekutunya untuk memastikan pasar energi tetap tersuplai dengan baik.
2. Menlu AS salahkan Iran
Ketegangan antara AS dan Iran meningkat sejak tahun lalu Presiden Trump menarik Amerika mundur dari kesepakatan yang membatasi kegiatan nuklir Iran, dan menerapkan kembali sanksi. Sementara itu, mengenai serangan drone tersebut, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyalahkan Iran atas serangan ini, mengatakan tidak ada bukti bahwa serangan berasal dari Yaman.
Baca Juga: Pasokan Minyak Australia Rentan di Tengah Konflik Timur Tengah
Dalam sebuah twit, Mike Pompeo menggambarkan serangan tersebut sebagai "serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan energi dunia". Presiden AS Donald Trump pun telah menawarkan dukungan AS untuk membantu Arab Saudi mempertahankan diri.
3. Sebabkan lonjakan besar dalam harga minyak dunia
Chief Economist DBS Taimur Baig mengatakan, serangan drone tersebut dapat memengaruhi 50% produksi minyak Arab Saudi. Namun, perbaikan serta pemanfaatan persediaan minyak akan mencegah krisis pasokan secara langsung. Serangan terhadap Iran oleh Israel, Arab Saudi, dan atau AS akan menyebabkan lonjakan besar dalam harga minyak dunia. "Dalam pandangan kami, EMFX akan menjadi korban langsung, terutama yang terdampak tagihan impor minyak besar," ujarnya.
4. Investor Akan Lari ke Emas dan Obligasi Pemerintah
Atas serangan yang terjadi, pelarian dana ke tempat yang lebih aman dipastikan terjadi, mendukung emas dan obligasi pemerintah. Apalagi, kelas aset paling rentan adalah kredit di pasar berkembang. Dalam sebulan terakhir saja, selisih bunga telah melebar menyusul depresiasi mata uang yuan. Konflik militer akan memperketat pendanaan dolar dan mengurangi selera pemodal terhadap risiko, menimbulkan tantangan dalam pembayaran utang.
5. Meski Diserang, Aramco Tidak Menunda IPO
Saudi Aramco (Aramco) tidak melakukan penundaan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) pasca dua fasilitas kilang minyak perusahaan diserang pesawat tanpa awak (drone). Para bank yang ditunjuk untuk mempersiapkan rencana IPO tersebut, tetap menjalankan tugas mereka. Jika tidak ada penundaan diperkirakan IPO terjadi pada awal November 2019 di bursa saham Arab Saudi. Beberapa pihak menilai peluang untuk IPO dalam beberapa bulan mendatang menjadi sangat tidak mungkin. Tingkat keterlambatan IPO akan tergantung pada berapa lama Aramco mampu mengembalikan produksinya seperti semula.
(Feby Novalius)