JAKARTA - Ekonomi Indonesia diproyeksi tetap tumbuh positif di atas 5% pada 2020 di tengah tekanan ekonomi global yang masih terjadi saat ini. Tercatat, dalam APBN 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan mencapai 5,3%.
Baca Juga: Pariwisata Jadi Tumpuan Pertumbuhan Ekonomi pada 2020
Menteri Komunikasi dan Informatika yang juga sekaligus Sekjen Nasdem Johnny G Plate mengatakan, faktor konsumsi masyarakat menyumbang sekira 5% dari pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kita harus yakin bahwa ekonomi kita punya pondasi yang kuat. Pertumbuhan ekonomi nasional itu pilar utamanya konsumsi," ucapnya di Jakarta, Rabu (23/10/2019).
"Dukungan dari sektor konsumsi itu sekira 5% dari pertumbuhan kita," tambahnya.
Baca Juga: Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi 5,3%, Bagaimana Caranya?
Untuk itu, dirinya pun meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan adanya isu global, seperti perang dagang antara Amerika Serika dengan China akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020.
"Tidak perlu ragu bahwa pertumbuhan ekonomi kita tahun 2020 tetap akan positif di kisaran di atas 5%," ujarnya.

Guna mewujudukan pertumbuhan ekonomi di atas 5% pada 2020, perlu adanya stabilitas iklim politik di Indonesia.
Hal ini diperlukan agar para investor tertarik menanamkan modal mereka di Indonesia. "Kita membutuhkan juga bahwa ada sinyal ke para pelaku usaha, khususnya para investor bahwa kondisi politik kita dari waktu ke waktu semakin membaik, stabilitas politik dalam negeri kita membaik," tutur Johnny.
Sementara itu, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai keputusan Presiden Joko Widodo mempertahankan menteri-menteri lama sudah tepat. Perekonomian Indonesia dirasa masih butuh tangan andal dari menteri 'wajah lama'.
"Saya lihat untuk ekonomi masih mempertahankan menteri-menteri yang lama. Saya rasa ini cukup bagus supaya ada kesinambungan," kata Aviliani.

Jokowi mempertahankan sejumlah menteri ekonomi yang dianggap cakap. Beberapa menteri ekonomi 'wajah lama' yang kembali mengisi kabinet anyar Jokowi, di antaranya Sri Mulyani Indrawati, Basuki Hadimuljono, hingga Budi Karya Sumadi.
Dia berharap, menteri-menteri lama yang diberikan mandat tersebut dapat bekerja mengimplementasikan kebijkaan-kebijakan yang selama ini sudah dibuat. Hal tersebut lantaran masih banyak kebijakan yang belum terlaksana.
"Itu menjadi kunci penting bagi saya karena implmentasi itu cukup banyak punya problem. Banyak kebijakan yang sudah keluar tapi diimplementasi tidak jalan," ujar dia.
Di sisi lain, Aviliani juga mengungkapkan komposisi menteri pemerintahan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin yang terdiri dari profesional, partai politik (parpol), dan oposisi juga sudah tepat. "Saya lihat Pak Jokowi di periode kedua ini, ada parpol, dari oposisi juga menjadi pendukung. Berarti lebih banyak diakomodasi," tukas dia.
(Dani Jumadil Akhir)