JAKARTA - Singles Day atau 11.11 menjadi ajang meraup keuntungan bagi e-commerce seperti, Lazada, Alibaba, Shopee dan lainnya. Seperti Lazada, e-commerce yang beroperasi di enam negara ini mencatat rekor lebih dari 3 juta pesanan dalam 60 menit pertama.
Kemudian, Alibaba melaporkan, total nilai penjualan atau Gross Merchandise Value (GMV) melampaui rekor tahun lalu dengan mencapai RMB268,4 miliar (USD38,4 miliar atau setara dengan Rp539 triliun) pada hari belanja 11.11. Sementara itu, perusahaan e-commerce milik Sea Group, Shopee mencatat volume pesanannya naik tiga kali lipat dalam satu jam pertama dibandingkan dengan tahun lalu.
Baca Juga: Nilai Transaksi Harbolnas 2018 Capai Rp6,8 Triliun
Menurut laporan industri populer, e-commerce menjadi pendorong utama ekonomi internet Asia Tenggara, diperkirakan mencapai USD300 miliar pada 2025. Forrester Research mengatakan, ritel online di wilayah tersebut akan tumbuh dari USD19 miliar pada 2018 menjadi USD53 miliar di 2023. Sebagian besar penjualan ritel online berasal dari handphone.
"Ini benar-benar tumbuh cepat dan kami juga melihat marketplace mendominasi," kata Analis Senior Forrester Research Xiaofeng Wang yang dilanasir dari CNBC, Selasa (12/11/2019).
Marketplace mengacu pada jenis model bisnis e-commerce, di mana perusahaan membangun platform antara pembeli dan penjual pihak ketiga melakukan transaksi. Tidak seperti sebagian pengecer online yang menjual produk mereka di situs web mereka.
"Kami juga melihat konsolidasi pasar. Banyak marketplace kecil telah hilang atau digabung. Sekarang, kami bersaing dengan perusahaan yang sangat sukses dan perusahaan kecil lainnya," tambahnya.
Baca Juga: YLKI Blak-blakan soal Aduan saat Harbolnas
Prospek optimis
Chief Executive Officer Lazada Group Pierre Poignant mengatakan, fokus perusahaannya saat ini ameningkatkan basis pelanggannya. Per 31 Agustus, Lazada memiliki lebih dari 50 juta pengguna aktif tahunan di enam pasarnya.
“Terdapat gabungan faktor yang mempercepat digitalisasi ekonomi , yaitu pertumbuhan kawasan dan lingkungan makro. Kebiasaan konsumen yang berubah dan investasi tingkat tinggi di kawasan ini, semua disatukan mengarah pada percepatan pertumbuhan," ucap Poignant.