NEW YORK - Kurs dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap mata uang utama dalam tiga hari berturut-turut, karena investor berlindung dalam mata uang AS di tengah memburuknya ekonomi akibat wabah virus corona.
"Seperti yang kita lihat data buruk datang dari Eropa, Inggris, Italia. Jika Anda mencoba untuk bergegas mengalihkan investasi ke mana saja, itu akan menjadi US Treasury dan dolar AS sebagai tempat yang aman," kata Wakil Presiden Perdagangan Tempus Inc John Doyle, dilansir dari Reuters, Sabtu (4/4/2020).
Baca Juga:Â Dolar AS Menguat di Tengah Kekhawatiran Resesi Global
Kenaikan dolar mengabaikan laporan non-pertanian AS yang menunjukkan hilangnya pekerjaan besar-besaran sebanyak 701.000 pada Maret 2020. Hal ini di luar ekspektasi, di mana sebelumnya dipredikai akan ada 100.000 orang kehilangan pekerjaan akibat virus corona.
Data pekerjaan Maret pun mengakhiri 113 bulan pertumbuhan lapangan kerja secara historis. Departemen Tenaga Kerja juga merevisi angka Februari hingga 275.000 peningkatan pekerjaan dan tingkat pengangguran naik menjadi 4,4% dari 3,5% bulan sebelumnya.
Baca Juga:Â Dolar Menguat di Tengah Ketakutan Akan Dampak Virus Corona
"Turunnya gaji non-pertanian pada bulan Maret, yang sudah dekat dengan penurunan bulanan terburuk selama krisis keuangan global, menunjukkan pandemi coronavirus mulai memusnahkan ekonomi bahkan lebih cepat dari yang kita duga," kata Ekonom Senior AS Ekonomi Modal Andrew Hunter.
Laporan penggajian non-pertanian menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran AS naik menjadi 6,65 juta pada minggu terakhir dari 3,3 juta yang tidak direvisi pada minggu sebelumnya.