JAKARTA - Nilai tukar Rupiah kini masih bergerak dikisaran Rp15.300 hingga Rp15.400 per USD. Namun Bank Indonesia masih optimis nilai tukar Rupiah akan bergerak menuju Rp15.000 per USD.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, pada beberapa alasan mengapa dirinya masih optimis Rupiah bisa bergerak ke level Rp15.000 per USD. Alasan pertama, saat ini nilai tukar Rupiah masih undervalue atau berada dibawah harga sebenarnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan nilai tukar Rupiah masih undervalue. Pertama karena defisit transaksi berjalan masih lebih rendah karena diperkirakan pada berada di bawah 2,5% dari Product Domestic Bruto (PDB).
Baca Juga: Rupiah Dibuka Perkasa ke Rp15.385/USD
"Pertama fundamental Rupiah saat ini sekitar Rp15.400 undervalue kenapa? Defisit transaksi berjalan lebih rendah semula diperkirakan 2,5% sampai 3% dari PDB, Insy Allah triwulan I di bawah 1,5% dari PDB keseluruhan tahun di bawah 2,5%. Jika defisit transkasi berjalan lebih rendah berarti kekurangan devisa juga lebih rendah makanya mendukung penguatan rupiah ke fundamental," ujarnya dalam teleconfrence, Rabu (29/4/2020)
Selain itu, ada juga faktor eksternal dari pasar keuangan di Amerika Serikat. Menurut Perry, premi risiko VIX pasar keuangan di Amerika Serikat saat ini berada diangka 38 dari sebelum adanya pandemi Corona ini di angka 20.
"CDS itu adalah premi risiko perbedaan untuk global bond dengan UST. Swap rate sebelum covid 60. Dulu pernah maret minggu kedua 270 sekarang 216. Isnyalah akan lebih rendah nanti. Kalau premi risiko rendah akan mendorong yang sekarang Rp15.400 mengarah ke fundamanetal," jelasnya.
Lalu lanjut, Perry, alasan kedua adalah pihaknya akan terus melakukan intervensi sehingga posisi rupiah terus bertahan dengan mekanisme jual beli gang normal. Ditambah, stimulus fiskal yang akan diberikan pemerintah membuat kepercayaan investor semakin tinggi.
"BI akan terus menjaga pasar stabilitas rupiah. Kalau diperlukan akan intervensi spot, DNDF dan pembelian SBN di pasar sekunder," kata Perry.
Lalu alasan ketiga adalah karena arus modal asing akan segera membanjiri Indonesia. Meskipun diakui Perry, saat ini arus modal asing masih kecil, namun jika dilihat dari penawaran, minat beli Surat Berharga Negar (SBN) semakin meningkat.
"Inflow Insya Allah akan masuk, sekarnag memang masih seret kadang masuk keluar, tapi bid coverage ke SBN meningkat . Maka minat beli SBN akan meningkat," kata Perry
Kemudian yang terakhir adalah premi risiko yang akan kembali turun. Hal ini didorong oleh akan meredanya pandemi virus corona (covid-19) di dalam maupun luar negeri.
"Keempat premi risiko, yang sekarang masih relatif tinggi, siylaah mereda covid akan mereda ke sebelum covid. Itu keempat faktor Insya Alaah Rupiah bergerak stabil dan menguat kearah Rp15.000 per USD," kata Perry.
(Feby Novalius)