JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7RR) sebesar 25 basis points (bps) ke level 4,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2020. Hal ini karena beberapa pertimbangan indikator makroekonomi seperti inflasi.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, BI diperkirakan akan memangkas BI7RR sebesar 25bps ke level 4,25% mempertimbangkan beberapa indikator makroekonomi. Pertama, tekanan inflasi, khususnya inflasi dari sisi permintaan yang cenderung rendah mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat yang menurun tajam.
Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 4,5%
Kemudian, lanjut dia, data-data lainnya yang turut mendukung lemahnya konsumsi rumah tangga adalah penurunan tajam dari indeks kepercayaan konsumen, penjualan eceran, nilai tukar petani, penjualan otomotif yang mengindikasikan konsumsi masyarakat berpotensi mengalami kontraksi.
"Kedua, perkembangan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek ini yang cenderung stabil ditunjukkan dengan volatilitas nilai tukar rupiah secara rata-rata menurun yang terindikasi dari one-month implied volatility yang menurun menjadi 13% sepanjang bulan Juni ini dari bulan Maret yang lalu sebelumnya sempat meningkat ke kisaran 33%," ujar dia kepada Okezone, Kamis (18/6/2020).
Baca Juga: Ketika BI Galau Tahan Suku Bunga Acuan 4,5%
Penurunan volatilitas rupiah tersebut sejalan dengan penurunan volatilitas di pasar keuangan global sehingga arus modal asing terindikasi sudah kembali masuk ke pasar keuangan domestik terutama di pasar SBN sehingga mendukung penguatan nilai tukar rupiah sekitar 16% dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2020 meskipun nilai tukar rupiah masih mengalami pelemahan sekitar 1,6%Ytd.
"Ketiga, kontraksi impor pada kuartal II tahun 2020 mengindikasikan potensi perlambatan ekonomi pada periode tersebut. Impor barang konsumsi tercatat terkontraksi -28,7%yoy sementara, impor bahan baku dan barang modal tercatat masing-masing -30,6%yoy dan -28,4%yoy mengindikasikan aktivitas operasional sisi produksi serta aktivitas investasi yang juga mengalami perlambatan yang signifikan," ungkap dia.
Dia menjelaskan kombinasi dari penurunan konsumsi rumah tangga dan investasi tersebut mengindikasikan pelemahan aktivitas perekonomian yang signifikan pada kuartal II tahun 2020 ini sehingga diperlukan kebijakan moneter yang akomodatif sebagai lanjutan dari pelonggaran kebijakan moneter sebelumnya.
"Lalu realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 yang lebih rendah dari perkiraan BI dan Pemerintah sehingga mendorong BI untuk memanfaatkan ruang penurunan suku bunga acuan pada RDG bulan ini. Dampak Covid-19 yang cukup signifikan pada kuartal I-2020 mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II dan III juga masih berpotensi tertekan," jelas dia.
Follow Berita Okezone di Google News