Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, BI diperkirakan akan memangkas BI7RR sebesar 25bps ke level 4,25% mempertimbangkan beberapa indikator makroekonomi. Pertama, tekanan inflasi, khususnya inflasi dari sisi permintaan yang cenderung rendah mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat yang menurun tajam.
Baca Juga: Menanti Kebijakan Suku Bunga Acuan BI, Ada Kejutan?
Kemudian, lanjut dia, data-data lainnya yang turut mendukung lemahnya konsumsi rumah tangga adalah penurunan tajam dari indeks kepercayaan konsumen, penjualan eceran, nilai tukar petani, penjualan otomotif yang mengindikasikan konsumsi masyarakat berpotensi mengalami kontraksi.
"Kedua, perkembangan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek ini yang cenderung stabil ditunjukkan dengan volatilitas nilai tukar rupiah secara rata-rata menurun yang terindikasi dari one-month implied volatility yang menurun menjadi 13% sepanjang bulan Juni ini dari bulan Maret yang lalu sebelumnya sempat meningkat ke kisaran 33%," ujar dia kepada Okezone.
(Dani Jumadil Akhir)