Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Anak Buah Sri Mulyani Ungkap Alasan Serapan Dana PEN Lambat

Rina Anggraeni , Jurnalis-Selasa, 25 Agustus 2020 |19:49 WIB
Anak Buah Sri Mulyani Ungkap Alasan Serapan Dana PEN Lambat
Rupiah (Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Stafsus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo menjelaskan perihal penyerapan anggaran dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang masih lamban. Salah satu penyebabnya lantaran ada perubahan APBN sebanyak dua kali dalam tahun 2020 ini.

Diketahui, total penyerapan anggaran PEN per 19 Agustus 2020 baru mencapai Rp174,79 triliun atau 25,1%.

 Baca juga: Stafsus Menkeu Sebut Resesi Tak Perlu Diperdebatkan!

"Penyerapan ini agak lambat. Ini adalah masa extraordinary, dalam setahun ada dua kali perubahan APBN," kata Yustinus dalam diskusi virtual, Selasa (25/8/2020).

Dia menyebut akibat itu pemerintah harus menerbitkan dua aturan, yaitu Perpres 54 dan Perpres 72 Tahun 2020. Sehingga, dibutuhkan adaptasi dari pelaksanaan regulasi tersebut.

 Baca juga: Resesi di Depan Mata, Ekonomi Indonesia Kuartal III Diprediksi Minus 2%

"Pemerintah juga belajar menyesuaikan dan mencoba cepat, tapi toh prosedur tidak bisa serta merta mengikuti kecepatan itu. Karena, ini kan pola yang sudah puluhan tahun terjadi. Bukan tidak mungkin, tapi perlu adaptasi," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan total penyerapan PEN per 19 Agustus 2020 mencapai Rp174,79 triliun atau 25,1%.

Rinciannya pelaksanaan anggaran PEN itu mencakup realisasi program kesehatan senilai Rp7,36 triliun atau 13,9%, perlindungan sosial 49,7%, hingga dukugan UMKM yang telah mencapai 37,2% dari pagu senilai Rp44,63 triliun.

"Lalu anggaran PEN itu masih 25,1%," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, kemarin.

Dia melanjutkan pembiayaan korporasi sampai hari ini realisasinya masih 0%. Padahal alokasi yang disiapkan pemerintah untuk pembiayaan korporasi senilai Rp53,57 triliun.

(Fakhri Rezy)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement