JAKARTA - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) optimis bahwa penjualan semen akan membaik di tahun 2021. Dengan adanya uji coba vaksin Covid-19 dan omnibus law cipta kerja bisa meningkatkan penjualan semen.
Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa, Christian Kartawijaya mengatakan, dengan adanya kabar pengembangan vaksin Covid-19 milik Pfizer asal Amerika Serikat yang berkolaborasi dengan BioNTech (Jerman) yang disebut efektif menangkal virus Covid-19 hingga lebih dari 90 persen tanpa adanya efek samping berbahaya tentu akan menjadi kabar baik bagi membantu perekonomian Indonesia.
Baca juga: Indocement Kantongi Laba Bersih Rp1,11 Triliun, Turun 5%
Selain itu, dia menyebut dengan disahkan Omnibus Law Cipta Kerja oleh Presiden Joko Widodo dan banyaknya relokasi industri serta kemudahan izin investasi akan bisa menaikkan penjualan semen di tahun depan.
"Tidak kalah pentingnya mengenai infrastruktur, Indocement melihat pertumbuhan 4-5% itu juga dari segi infrastruktur budget dinaikkan oleh Pak Jokowi dari tahun 2020 sekitar Rp280 triliun menjadi Rp414 triliun," ujar Christian dalam video conference, Selasa (10/11/2020).
Baca juga: Anak Usaha Indocement Operasikan Tambang Batuan Adesit Baru
"Ini membuat kami optimis bahwa konsumsi semen mestinya membaik dengan kondisi seperti itu, 4-5% positif tahun depan," sambungnya.
Selain itu, terkait strategi keuangan menghadapi Covid-19, Christian menyampaikan bahwa Indocement memiliki beberapa strategi, pertama, perseroan mencoba untuk mengurangi biaya-biaya fix cost dalam artian efisiensi biaya.
"Kami melakukan digitalisasi, jadi Indocement beruntung sudah melakukan digital dari segi sales yang connect ke customer, kita sudah menginvestasikan sejak dua tahun ini untuk bisa take ordering dengan digital, dengan apps," katanya.
Strategi kedua, Christian menyampaikan bahwa perseroan memakai low specification coal yang cukup signifikan di tahun 2020. Hal ini dilakukan karena produksi yang agak rendah dan perseroan memutuskan memakai low specification coal lebih banyak.
"Jadi, kita meningkat menjadi dari 69 persen di 2019 menjadi 79 persen, jadi 10 persen naik. Jadi, kami melihat harga coal juga turun dan ini membantu dari segi cost, biaya," ucapnya.
(Fakhri Rezy)