JAKARTA - Harga minyak turun tipis pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), di tengah ketidakpastian tentang apakah produsen-produsen minyak utama dunia akan setuju untuk memperpanjang pemotongan produksi dalam pembicaraan minggu ini.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari, yang berakhir Senin (30/11/2020), menetap di USD47,59 per barel, turun 59 sen atau 1,2%. Kontrak Brent untuk pengiriman Februari yang lebih aktif diperdagangkan turun 37 sen menjadi USD47,88 per barel.
Sementara itu, minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari ditutup pada USD45,34 per barel per barel, merosot 19 sen atau 0,4%.
Baca Juga: Jelang Pertemuan Para Juragan Minyak, Begini Pergerakan WTI dan Brent
Penurunan hari ini terjadi setelah bulan yang kuat untuk patokan minyak mentah, yang melonjak sekitar 27 persen dalam kenaikan bulanan, terbesar mereka sejak Mei di tengah harapan vaksin COVID-19 yang akan datang mungkin membantu aktivitas ekonomi dan permintaan minyak berlanjut.
Pasar sedang menunggu Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya untuk mencapai kesepakatan mengenai apakah akan mengurangi pengurangan pasokan mereka dari 7,7 juta barel per hari saat ini.
Namun, OPEC+ menunda pembicaraan tentang kebijakan produksi minyak 2021 hingga Kamis (3/12/2020), tiga sumber mengatakan kepada Reuters, ketika para pemain utama masih dalam ketidaksepakatan tentang berapa banyak minyak yang harus mereka pompakan di tengah permintaan yang lemah.
OPEC+, yang mencakup Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutu lainnya, telah dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan pada Selasa pukul 1300 GMT setelah diskusi dengan para menteri utama pada Minggu (29/11/2020) gagal mencapai konsensus.
Kelompok itu dijadwalkan mengurangi pemotongan produksi saat ini sebesar dua juta barel per hari mulai Januari, tetapi dengan permintaan yang masih di bawah tekanan dari pandemi virus corona, OPEC+ telah mempertimbangkan untuk memperpanjang pemotongan saat ini ke bulan-bulan pertama tahun depan, posisi yang didukung oleh pemimpin defacto OPEC, Saudi. Arab, kata sumber.