JAKARTA - Menteri Keuangan (Kemenkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut, upaya untuk mendorong pertumbuhan menuju 1 Juta Barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada 2030 melalui transformasi hulu migas sangat relevan. Meski begitu, pandemi Covid-19 masih mengancam sektor pertambangan dan migas.
Di mana, terjadinya penurunan permintaan secara signifikan di tingkat global, termasuk Indonesia. Hal itu disebabkan perangkat pasokan yang mendapat tekanan oleh banyak faktor pada saat pandemi Covid-19.
Baca juga: Menteri ESDM Prediksi Konsumsi Minyak Naik 139% di 2050
Bagi Indonesia, situasi tersebut memang membutuhkan banyak perhatian dari sejumlah pihak yang terkait. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu juga mengutarakan, sektor migas telah berjuang cukup lama. Bahkan, selama menjabat sebagai Menteri Keuangan sekitar 10 tahun yang lalu, dia menyebut, pembahasan penurunan produksi migas pun sudah terjadi.
Dia menilai, ada beberapa hal yang perlu ditangani pemerintah agar dapat meningkatkan tingkat produksi atau lifting, baik di bidang minyak maupun gas. Salah satunya adalah rumusan kebijakan yang tepat terkait dengan dorongan untuk mengeksplorasi migas. Kebijakan baru dinilai perlu karena saat ini migas masih mengandalkan produksi lama.
Baca juga: Harga Minyak Anjlok Imbas OPEC Tunda Pemotongan Produksi
"Semuanya telah menurun karena usia alaminya, akan menjadi sesuatu yang tidak bisa kita gunakan sebagai pendekatan. Maka dari itu, kami perlu mempersiapkan strategi baru," ujar Sri Mulyani, Rabu (2/12/2020).
Untuk produksi yang sudah ada, pemerintah akan memastikan ada efisiensi, mengingat perubahan yang tidak tetap dari harga minyak dan gas. Namun di saat yang sama, dia juga ingin mendorong SKK Migas serta industri untuk terus melakukan eksplorasi.