JAKARTA - Dampak pandemi virus Corona (COVID-19) hampir merugikan semua sektor ekonomi, termasuk juga usaha kecil. Salah satunya adalah pengusaha warteg.Banyak pedagang warteg tidak bisa mempertahankan bisnisnya.
Pendapatan menurun drastis selama pandemi dan PSBB. Harga sewa tempat jualan pun cukup tinggi. Sebab itu sebagian besar pengusaha warteg di Jakarta memutuskan untuk pindah lokasi dagang.
Berikut fakta yang telah Okezone rangkum terkait pengusaha warteg di Jakarta yang pindah tempat usaha ke kampong halaman, Sabtu (16/1/2021).
Baca Juga: 20 Ribu Warteg di Jabodetabek Tutup, 60 Ribu Pekerja Jadi Pengangguran
1. Tidak Sanggup Membayar Tempat Sewa
Sebanyak 10.000 pengusaha warteg yang semula berjualan di kawasan Jakarta akhirnya memutuskan untuk pindah lokasi berdagang ke kawasan Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Mereka minggat dari wilayah Ibu Kota lantaran tak lagi sanggup membayar sewa tempat berjualan.
"Jumlah pedagang warteg di Jabodetabek ada 40.000. Lalu sekitar 25% atau 10.000 pedagang yang berjualan di Jakarta memutuskan untuk pindah ke Bodetabek karena mencari harga sewa kontrakan yang lebih murah," kata Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) Mukroni kepada Okezone, Kamis (12/11/2020).
2. Harga Sewa Mencapai Rp100 juta per tahun
Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) Mukroni menjelaskan, harga sewa kontrakan untuk mereka berjualan di Jakarta itu tarifnya cukup mencekik para pedagang. Kata dia, rata-rata kontrakan di Ibu Kota untuk berdagang itu harganya kisaran Rp100 juta per tahun.
"Rata-rata sekarang harga kontrakan di Jakarta Rp100 juta, makanya kini mereka pindah cari lokasi yang lebih murah," ujarnya.