JAKARTA - Neraca perdagangan pada bulan Februari diperkirakan mengalami kenaikan surplus menjadi USD2,62 miliar. Lebih baik dari bulan sebelumnya yang sebesar USD1,96 miliar.
Ekonom Josua Pardede mengatakan pelebaran neraca dagang pada Februari 2021 diperkirakan cenderung akibat penurunan pertumbuhan impor secara bulanan.
Baca Juga: Tanpa Sawit, Neraca Perdagangan Indonesia Bisa Defisit
"Meskipun demikian, karena pengaruh rendahnya kinerja impor pada bulan Februari 20 lalu, laju pertumbuhan tahunan dari impor diperkirakan tercatat positif sebesar 9,97% (year on year/yoy)," kata Josua saat dihubungi di Jakarta, Senin (15/3/2021).
Baca Juga: 6 Fakta Surplus Neraca Perdagangan 2020, Tertinggi dalam Sejak 2011
Kata dia, penurunan impor secara bulanan disebabkan oleh menurunnya aktivitas manufaktur Indonesia, terindikasi dari penurunan PMI Indonesia menjadi sebesar 50,9 dari sebelumnya sebesar 52,2.
Sementara itu, dari sisi ekspor, diperkirakan secara bulanan pun, ekspor akan mengalami penurunan, meskipun secara tahunan akan tercatat bertumbuh sebesar 9,97% yoy, melambat bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang bertumbuh sebesar 12,24% yoy.
"Perlambatan dari sisi ekspor disebabkan oleh penurunan permintaan dari negara-negara mitra dagang Indonesia, seperti India, Tiongkok, serta AS, terlihat dari menurunnya PMI Manufacturing dari negara-negara tersebut," katanya.
Namun demikian, penurunan ekspor diprediksi tidak terlalu dalam, sejalan dengan masih bertumbuhnya harga komoditas utama unggulan Indonesia, seperti CPO.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)