JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyampaikan pemerintah terus berusaha melakukan pendalaman pasar keuangan guna meminimalisir dampak dari capital outflow atau aliran modal keluar asing.
Menkeu Sri Mulyani mengatakan ekspektasi pemulihan ekonomi yang cepat dan nyata memberikan dampak dari sisi inflasi yang meningkat di Amerika Serikat (AS) dan potensi response policy memicu outflow dari semua emerging market, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Sri Mulyani Ragu Ekonomi Bisa Tumbuh 8%
“Saat capital outflow terjadi, itu menekan nilai tukar dan Surat Berharga Negara (SBN). Kita terus berusaha melakukan pendalaman pasar sektor keuangan sehingga dampak dari spill over dari negara lain itu bisa diminimalkan,” kata Menkeu Sri Mulyani dilansir dari Antara, Senin (14/6/2021).
Menkeu Sri Mulyani mengatakan pihaknya juga mewaspadai potensi penurunan daya dukung investor global untuk pembiayaan defisit fiskal dari sisi pasar SBN, sehingga pemerintah juga akan melakukan penguatan dari sektor fiskal dan potensi pembiayaan.
Baca Juga: 3 Fakta Sumber Kekayaan Bukan Lagi Tambang Emas
“Saat ini kami masih memiliki Surat Keputusan Bersama (SKB) dari Pak Gubernur (BI) yang bisa melakukan langkah sebagai standy buyer tapi kita perlu mengembalikan dan melakukan penguatan fiskal dan potensi pembiayaan,” ujar Sri Mulyani.
Kemudian Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga mewaspadai dampak dan kecepatan pemulihan sektor korporasi yang berbeda-beda akibat COVID-19. Menkeu mengatakan ada korporasi yang kontribusi pertumbuhannya tinggi dan ada yang masih rendah, sehingga KSSK melakukan analisa sektor rill untuk memetakan dampak yang ditimbulkan sektor rill dan korporasi.